Minum Teh Herbal di Hutan Amazon Peru, Turis AS Langsung Tewas

Posted on

Turis asal Amerika Serikat, Aaron Wayne Castranova harus meregang nyawa setelah reaksi berlebih usai mengonsumsi teh herbal di salah satu wilayah di Hutan Amazon, Peru.

Di sebuah tempat spiritual di tengah hutan hujan Amazon, wilayah Loreto, Peru, yang berbatasan dengan Brasil. Menurut ahli patologi forensik dari kejaksaan regional, Narciso Lopez, Castranova mengalami gagal multi-organ yang parah akibat efek teh halusinogen yang dikenal sebagai ayahuasca.

Ramuan tradisional tersebut biasa digunakan oleh masyarakat adat di kawasan Amazon dan Orinoco dalam upacara spiritual dan pengobatan.

Mengutip The Mirror, Sabtu (7/6/2025) Peristiwa itu terjadi saat Castranova mengikuti sesi spiritual di La Casa de Guillermo ICONA, sebuah retret yang terletak di komunitas adat Santa Maria de Ojeda, wilayah yang dikenal sebagai tujuan wisata spiritual.

Di sana, pengunjung mengikuti ritual psikedelik yang dipandu oleh seorang dukun. Pihak manajemen penginapan mengungkapkan bahwa Castranova tidak memberitahukan bahwa dirinya sedang mengonsumsi antibiotik, yang diyakini turut memicu reaksi fatal dari teh tersebut.

Lopez memperingatkan bahwa konsumsi ayahuasca dapat mengakibatkan kerusakan permanen hingga kematian.

“Ramuan ini memang memiliki sejarah penggunaan dalam praktik spiritual dan penyembuhan oleh masyarakat adat,” ujar Lopez.

Teh ayahuasca dibuat dari campuran kulit pohon anggur dan tanaman lokal yang mengandung zat halusinogen NN-dimethyltryptamine (DMT). Dalam beberapa tahun terakhir, praktik spiritual menggunakan ayahuasca semakin populer di kalangan wisatawan, terutama yang mencari pengalaman alternatif untuk penyembuhan dan kesehatan mental.

Namun, Pemerintah Inggris telah memberikan peringatan dalam panduan perjalanannya ke Peru terkait konsumsi ramuan halusinogen yang kerap ditawarkan dalam retret pembersihan spiritual.

“Dukun dan pihak lain menawarkan ‘pembersihan spiritual’ (Ayahuasca atau San Pedro) kepada wisatawan di wilayah Amazon, Peru utara, dan Cusco. Ramuan ini sering kali mengandung DMT, zat halusinogen yang dikategorikan sebagai Kelas A di Inggris,” tulis pernyataan itu.

“Ramuan ini tidak diawasi secara medis dan efeknya terhadap kondisi kesehatan yang sudah ada belum dipahami sepenuhnya. Beberapa orang mengalami sakit parah, bahkan meninggal dunia setelah mengonsumsinya. Retret semacam ini biasanya terletak di daerah terpencil, sehingga akses ke perawatan medis sangat terbatas. Selain itu, terdapat laporan mengenai kasus kekerasan seksual selama upacara berlangsung,” lengkapnya.

Tragedi yang menimpa Castranova bukanlah yang pertama. Pada tahun sebelumnya seorang wanita asal Inggris berusia 54 tahun Maureen Rainford juga meninggal dunia setelah mengonsumsi ayahuasca dalam retret spiritual di Amazon, Bolivia.

Ibu tiga anak asal Romford, London Timur itu mengikuti program senilai 800 poundsterling atau sekitar Rp 17 juta di Pisatahua Retreat, yang menawarkan ritual dengan ramuan ayahuasca dan San Pedro.

Putrinya, Rochel, mengatakan bahwa ibunya sempat mengeluh merasa tidak enak badan setelah minum teh tersebut.

“Detak jantung dan pernapasan ibu saya menurun drastis,” jelas Rochel.

Meskipun upaya CPR telah dilakukan, Maureen dinyatakan meninggal satu jam kemudian sebelum bantuan medis tiba.

“Seharusnya ada tenaga medis terlatih yang siap siaga saat ramuan psikedelik diberikan, apalagi di lokasi yang sangat terpencil,” tambahnya.

Ia juga mengungkapkan bahwa staf retret sempat menganjurkan agar jenazah ibunya dikremasi di Bolivia karena khawatir jasadnya membusuk, namun ia menolak karena khawatir terjadi penutupan informasi.

Jenazah Maureen akhirnya berhasil dipulangkan setelah Rochel menghubungi konsulat Inggris. Dan hasil otopsi menyatakan bahwa penyebab kematiannya adalah serangan jantung fatal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *