Tari gambyong adalah bentuk budaya dari Jawa Tengah (Jateng) dengan gerak lembut dan elegan. Sebagai bentuk kesenian yang telah berumur ratusan tahun, mitos tentu mengiringi perkembangan tari gambyong.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Mitos tari gambyong adalah sebagai bentuk undangan pada Dewi Sri sebagai dewi kesuburan. Berkah dari Dewi Sri atau Dewi Padi dipercaya bisa menyuburkan tanah sebelum musim tanam padi, seperti dijelaskan dalam tulisan berjudul Bentuk Penyajian Tari Gambyong Pareanom di Pasraman Bhuana Puja Boyolali karya Retna Sintawati dari ISI Yogyakarta.
Para penanggap tari berharap Dewi Sri bisa menurunkan berkah pada sawah mereka, sehingga memperoleh hasil panen maksimal. Kini mitos tersebut, bersama dengan tari gambyong, menjadi bagian dari wisata budaya Indonesia.
Kisah Tari Gambyong dari Penggoda Jadi Penghormatan
Awalnya, tari gambyong bertujuan menggoda para tamu dalam pertunjukan tayub. Sangat berbeda dengan tari gambyong sekarang yang dihadirkan untuk menyambut tamu kehormatan.
Kisah tari gambyong dimulai pada abad ke-15, berlanjut ke zaman Mangkunegaran, hingga lestari di masyarakat. Tari gambyong adalah pengembangan dari tari tledhek seperti dijelaskan dalam situs Indonesia Kaya. Tari tledhek dihadirkan sebelum tayub untuk mengundang para tamu agar ikut menari dan ngibing.
Tledhek sendiri berasal dari kata dalam bahasa Jawa ngledhek yang artinya meledek atau menggoda. Tari tledhek memperlihatkan betis, menggerakkan bagian dada penari perempuan, dan melirik yang bikin para tamu dalam pertunjukan tayub penasaran serta merasa diundang.
Tari tledhek sangat populer hingga muncul primadona bernama Mas Ajeng Gambyong. Tak hanya mahir menari, dia juga punya suara merdu dan sangat disukai masyarakat. Namanya menjadi inspirasi gerakan ini disebut tari gambyong. Gerak tari menghadirkan kebolehan penari sebelum pertunjukan tayub (nggambyong).
Saking populernya, tledhek kemudian masuk dan dihadirkan dalam lingkungan istana. Gerak tari diadopsi menjadi lebih sesuai aturan keraton atas usaha seniman KRMT Wreksadiningrat. Seiring waktu, tari gambyong mendapat sentuhan kreativitas dari para penari.
Salah satunya dilakukan S Ngaliman pada 1972 sehingga tari gambyong lebih mudah dipelajari masyarakat. Hasilnya, tari gambyong tidak hanya dihadirkan untuk Sinuhun Paku Buwono VI dan menyambut tamu tapi juga sebagai hiburan warga.
Tentunya tari gambyong tak lagi menerapkan gerak menggoda, pakaian sekadarnya, dan musik pengiring yang asal-asalan. Tari gambyong hadir dengan gerakan tersusun rapi, kostum anggun, serta tatanan rambut dan make-up enak dilihat sesuai kaidah Jawa.
Tari gambyong yang dipentaskan saat ini sudah naik takhta dibanding beratus tahun sebelumnya. Para penari harus menjaga keseimbangan mood sehingga gerak tari bisa dilakukan dengan luwes dan hati-hati.