Kebiasaan ingkar janji pemerintah terjadi juga di Belanda terkait pemberian dana untuk pengelolaan museum Van Gogh. Museum di Amsterdam, Belanda yang menyimpan koleksi karya Vincent van Gogh terbesar di dunia terancam tutup karena masalah dana.
Pihak pengelola mengeluarkan peringatan serius bahwa tanpa dukungan pendanaan baru dari pemerintah Belanda, museum terpaksa ditutup. Akibatnya, Belanda kehilangan salah satu ikon wisata budaya yang menarik banyak wisatawan mancanegara,
Mengutip Euronews, Senin (1/9/2025) pihak museum menyatakan, kurangnya sokongan dari negara telah menghambat rencana renovasi besar senilai 104 juta euro atau hampir Rp 2 triliun. Renovasi itu mencakup pembaruan sistem keamanan dan fasilitas pengunjung, serta kelangsungan jangka panjang museum.
“Jika situasi ini terus berlanjut, akan berbahaya bagi karya seni dan pengunjung kami. Terpaksa menutup museum adalah hal terakhir yang kami inginkan,” kata Direktur Museum Van Gogh, Emilie Gordenker, seperti yang dikutip mereka dari New York Times.
Janji Negara Sejak Awal
Permasalahan ini berakar dari sejarah pendirian museum itu sendiri. Setelah wafatnya Vincent van Gogh, keponakannya, Vincent Willem van Gogh, dalam sebuah dokumen menyerahkan koleksi keluarga ke sebuah yayasan pada tahun 1962.
Namun, penyerahan itu disertai syarat yakni negara Belanda harus menyediakan dan memelihara museum agar karya-karya tersebut tetap utuh dan dapat diakses oleh publik. Ketika Museum Van Gogh resmi dibuka pada 1973, janji itu seolah terwujud.
Sejak saat itu, Museum Van Gogh menarik perhatian dunia dan mencatatkan kunjungan total hampir 57 juta orang hingga saat ini. Pada 2017, angka kunjungan mencapai puncaknya dengan 2,6 juta pengunjung.
Meski sempat terdampak di masa pandemi, minat publik tidak luntur. Sepanjang tahun 2024, museum ini tetap mencatat sekitar 1,8 juta pengunjung, menjadikannya destinasi kedua paling ramai di Amsterdam setelah Rijksmuseum.
Namun di balik tingginya animo pengunjung, Museum Van Gogh menghadapi tantangan besar. Gedung yang digunakan sejak awal 1970-an kini mulai mengalami kerusakan dan dianggap tidak lagi memenuhi standar modern.
Sistem ventilasi dan pengatur suhu telah usang, sementara regulasi terkait keselamatan, aksesibilitas, dan keberlanjutan bangunan publik telah berubah secara signifikan.
Untuk menjawab tantangan itu, museum telah menyiapkan program renovasi selama tiga tahun yang mencakup perawatan menyeluruh, pembaruan sistem teknis, serta peningkatan standar keberlanjutan. Total biaya yang dibutuhkan mencapai Rp 1,7 triliun.
Museum menyatakan bersedia menanggung sebagian biaya lewat dana cadangan dan siap menghadapi kerugian pendapatan akibat penutupan sebagian selama proses renovasi. Namun, mereka tetap membutuhkan dukungan pemerintah sebesar 11 juta euro (Rp 209 miliar) per tahun untuk menutupi biaya renovasi dan membentuk dana pemeliharaan jangka panjang.
Sayangnya, pemerintah hanya menawarkan 8,5 juta euro (Rp 161 miliar) per tahun, terdapat kekurangan 2,5 juta euro (Rp 42 miliar) yang membuat proyek tersebut belum bisa dipastikan keberlangsungannya.
Yayasan Vincent van Gogh, pemilik sah dari koleksi lukisan tersebut, menyatakan dukungannya terhadap museum. Yayasan itu juga mengingatkan bahwa perjanjian asli tahun 1962 mewajibkan negara untuk menyediakan tempat penyimpanan dan perawatan yang layak bagi koleksi tersebut.