Setelah 14 tahun proses renovasi besar-besaran, Musee Bonnat-Helleu, museum seni yang kerap dijuluki ‘Little Louvre’, akhirnya kembali dibuka untuk publik.Sebanyak sekitar 7.000 karya seni dari berbagai periode dipamerkan.
Museum yang berlokasi di Bayonne, Basque, ini awalnya ditutup pada 2011 untuk pemugaran total. Didirikan pada 1891, museum ini terkenal memiliki koleksi seni rupa Maestro Tua Prancis yang disebut-sebut setara dengan koleksi di Museum Louvre.
Mengutip The Independent, Senin (8/12/2025) proyek renovasi yang menelan biaya 35 juta euro (Rp 679 miliar) tersebut rampung dan museum resmi dibuka kembali pada 27 November.
Kini, Musee Bonnat-Helleu menampilkan sekitar 7.000 karya seni dari berbagai periode, mulai dari Zaman Kuno hingga abad ke-20. Pengunjung dapat menemukan karya nama-nama besar seperti Michelangelo, Rembrandt, Rubens, dan Goya.
Museum tersebut juga menjadi bagian penting sejarah seni Bayonne, kota yang pernah melahirkan generasi seniman baru pada akhir abad ke-19. Nama museum diambil dari dua pelukis terkenal, Léon Bonnat dan Jean Helleu.
Kepala koleksi museum, Helene Ferron, mengatakan bahwa mereka memiliki fokus khusus dalam pengembangan koleksi ke depannya.
“Seniman perempuan termasuk dalam prioritas kami untuk akuisisi di masa mendatang,” ujarnya seperti yang ditulis The Independent dari The Art Newspaper.
Area pameran kini dua kali lebih luas, mencapai 3.000 meter persegi. Renovasi meliputi pemulihan lantai mosaik karya Giandomenico Facchina, atap kaca berbentuk berlian di area tengah, serta integrasi bangunan sekolah yang berada di sebelah museum.
Sejumlah fasilitas baru juga ditambahkan, mulai dari kafe, toko suvenir, ruang penyimpanan, studio restorasi, kantor, ruang pameran tambahan, hingga pusat riset dan ruang belajar khusus untuk karya gambar. Museum menargetkan jumlah pengunjung meningkat dua kali lipat dari sebelum renovasi, menjadi sekitar 60.000-80.000 pengunjung per tahun.
Ferron menegaskan bahwa museum ingin menjadi ruang seni yang dapat dinikmati siapa saja.
“Emosi adalah kunci pengalaman museum kami, kami ingin pengalaman tersebut terasa ramah, bukan mengintimidasi,” kata dia.






