Menteri Kebudayaan Prancis Rachida Dati ingin memperketat keamanan Museum Louvre setelah insiden perampokan pada Minggu (19/10) lalu.
Dati mengatakan bahwa perangkat anti-ramming atau perangkat yang dirancang untuk mencegah kendaraan menabrak bangunan atau objek lain dengan sengaja akan dipasang di Museum Louvre.
Ia mengatakan bahwa langkah-langkah ini mendesak dan diperlukan untuk mengatasi situasi tersebut.
“Selama lebih dari 20 tahun, telah terjadi anggapan yang terlalu rendah tentang risiko penyusupan dan pencurian di Louvre,” kata Dati kepada penyiar televisi dalam acara TF1, seperti dikutip dari NDTV pada Sabtu (1/11).
“Kita tidak bisa terus seperti ini,” ujarnya.
Laporan tersebut menyebutkan peralatan keamanan yang berada di Louvre tidak memadai dan meski menyimpan berbagai karya seni, protokol respons penyusupan museum disebut kuno.
Pekan lalu, Direktur Louvre Laurence des Cars, mengatakan kamera keamanan tidak cukup menjangkau titik masuk pencuri, satu-satunya kamera yang dipasang menghadap jauh dari balkon tempat mereka masuk.
Dati mengatakan sistem keamanan internal museum berfungsi pada hari pencurian, tetapi juga memperingatkan adanya kelemahan keamanan utama di luar gedung.
“Untuk mengatasi beberapa kekurangan, perangkat anti-serudukan dan anti-intrusi akan dipasang sebelum akhir tahun,” ujarnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Des Cars mengatakan pekan lalu bahwa penghalang anti-ramming pertama sedang dipasang di luar museum. Polisi Prancis sejauh ini telah menangkap tujuh orang atas perampokan tersebut, dan dua di antaranya sejauh ini telah didakwa dengan pencurian dan konspirasi kriminal. Namun, barang curian tersebut masih hilang.
Di antara barang-barang yang hilang terdapat kalung zamrud dan berlian yang diberikan Napoleon I kepada istrinya, Permaisuri Marie-Louise, dan sebuah diadem yang dulunya milik Permaisuri Eugenie, yang dihiasi dengan hampir 2.000 berlian.
