Museum Srihadi Soedarsono yang Lebih dari Instagramable

Posted on

Hujan turun sejak siang hari Rabu itu. Bandung terasa lebih pelan, lebih dingin, dan sedikit sendu. Di tengah rintik yang tak kunjung reda, Museum Srihadi Soedarsono menjadi tempat yang tepat untuk berteduh bukan hanya dari hujan, tetapi juga dari hiruk pikuk kota.

Langkah kaki bergema pelan di lantai museum. Ruang-ruang pamer terasa lapang, sunyi, dan tenang. Cahaya alami masuk dari celah bangunan beton, jatuh lembut ke kanvas-kanvas besar yang berjajar rapi.

Setiap sudut ruang tertata rapi dan estetis, menjadikan museum ini kerap disebut sebagai destinasi yang Instagramable. Namun, keindahan visual bukan satu-satunya hal yang ditawarkan.

Museum ini menyimpan karya-karya Srihadi Soedarsono, maestro seni rupa Indonesia yang dikenal lewat lukisan-lukisan berukuran besar dan lanskap yang puitis.

Berada di dalamnya, pengunjung tidak hanya diajak mengambil foto, tetapi juga menyelami perjalanan panjang seorang seniman yang hidup bersama kanvasnya. Beberapa karya membuat saya berhenti lebih lama.

Warna-warnanya tenang, garis horizonnya kuat, seolah mengajak mata dan pikiran untuk diam sejenak. Ada lukisan pemandangan yang terasa ringan, ada pula karya dengan warna pekat yang menghadirkan kesan mendalam.

Di ruang lain, sketsa-sketsa dipajang secara sederhana, mengingatkan bahwa di balik visual yang indah selalu ada proses dan cerita. Bangunan museum yang dirancang oleh arsitek Andra Matin turut membentuk pengalaman berkunjung.

Gaya minimalis dengan filosofi less is more membuat ruang terasa bersih dan tidak berisik. Dinding beton, pencahayaan alami, serta penataan ruang yang lapang menjadikan bangunan ini bukan sekadar latar foto, melainkan bagian dari pengalaman menikmati seni.

Tak heran jika banyak pengunjung datang untuk mengabadikan sudut-sudut museum. Meski begitu, suasana tenang tetap terjaga. Tidak ada riuh berlebihan, hanya bisik pelan dan langkah kaki yang tertahan seolah setiap orang memahami bahwa ruang ini mengajak untuk melambat. Di akhir kunjungan, cafe museum menjadi tempat singgah yang pas.

Duduk dengan minuman hangat sambil memandang hujan yang masih turun, rasanya waktu berjalan lebih lambat. Museum ini berhasil menghadirkan keseimbangan antara estetika visual dan pengalaman batin.

Museum Srihadi Soedarsono membuktikan bahwa sebuah museum bisa tampil Instagramable tanpa kehilangan makna. Ia bukan sekadar destinasi foto, melainkan ruang kontemplasi di tengah kota. Museum Srihadi Soedarsono buka setiap hari pukul 10.00–17.00 WIB. Harga tiket masuk Rp 30.000 untuk hari kerja dan Rp 40.000 pada akhir pekan.

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel Fira Amarin. Anda bisa mengirim cerita perjalanan Anda melalui link ini