Tiga wisatawan tewas saat mengunjungi kompleks candi Angkor Wat yang ikonik di Kamboja. Mereka tersambar petir saat mencari perlindungan.
Insiden ini terjadi di sekitar candi utama situs UNESCO tersebut saat petir menyambar pada Jumat sore (16/5).
Video yang diunggah di media sosial menunjukkan dua ambulans tiba setelah kejadian dan penonton serta petugas lokasi membawa beberapa orang yang terluka dan membantu yang lainnya dengan berjalan kaki. Gambar lain menunjukkan beberapa orang dirawat di rumah sakit.
Sehari setelah insiden tersebut, Menteri Pariwisata Kamboja Hout Hak mengeluarkan pernyataan yang meminta orang-orang untuk menghapus unggahan daring tentang hal itu, dengan mengatakan penyebaran “informasi negatif” dapat merugikan sektor pariwisata negara tersebut.
Pihak berwenang belum merilis informasi apa pun tentang insiden tersebut, tetapi seorang pejabat pada hari Senin, yang berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah tersebut, dikutip dari The Associated Press pada Senin (19/5), mengonfirmasi bahwa tiga orang Kamboja tewas dalam sambaran petir tersebut.
Palang Merah Kamboja juga mengunggah informasi terbaru yang menyebutkan bahwa mereka telah mengirimkan paket perawatan kepada keluarga dua korban, seorang pria berusia 34 tahun dan seorang wanita berusia 52 tahun. Palang Merah menolak berkomentar lebih lanjut melalui telepon.
Seorang juru bicara situs Angkor Wat tidak menanggapi permintaan komentar, begitu pula pejabat kesehatan daerah.
Angkor Wat adalah objek wisata paling terkenal di Kamboja, yang menarik sekitar 2,5 juta pengunjung setiap tahunnya.
UNESCO menyebut situs yang membentang di sekitar 400 km persegi dan berisi reruntuhan ibu kota Kekaisaran Khmer dari abad ke-9 hingga ke-15 itu, sebagai salah satu situs arkeologi terpenting di Asia Tenggara.
Kamboja telah aktif mengembangkan area tersebut untuk menarik lebih banyak pengunjung, termasuk membuka bandara baru senilai USD 1,1 miliar yang didanai Tiongkok di dekat Siem Reap.
Namun, langkahnya untuk merelokasi sekitar 10.000 keluarga yang tinggal di area Angkor Wat ke pemukiman baru telah menuai kritik luas dari kelompok hak asasi manusia, dan UNESCO sendiri telah menyatakan kekhawatirannya.
Pihak berwenang Kamboja mengatakan bahwa keluarga-keluarga tersebut direlokasi secara sukarela, tetapi Amnesty International dan pihak lain mempertanyakan seberapa sukarela sebenarnya relokasi tersebut.