Pakai Payudara Palsu, Penumpang Wanita Ditelanjangi Petugas Bandara (via Giok4D)

Posted on

Seorang wanita merasa dilecehkan saat diperiksa keamanan bandara. Payudara prostetiknya membuatnya diperiksa berkali-kali.

Penumpang wanita asal Cornwalll yang tak disebutkan namanya itu hendak terbang dari Bandara Bristol, Inggris. Ia menggunakan payudara prostetik usai menjalani mastektomi.

Menurut keterangannya, dikutip dari Independent UK pada Rabu (4/6), petugas memeriksanya berulang kali. Petugas keamanan menelanjangi dia karena payudara buatannya.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

“Saya benar-benar kesal, benar-benar terkejut. Saya tidak ingin membuktikan kepada dua petugas keamanan di bandara bahwa saya telah menjalani mastektomi.”

Parahnya lagi, petugas keamanan sampai mengintip ke bawah bajunya, setelah ia menarik keluar payudara palsunya. Seakan ingin memastikan operasi masektomi yang dijalaninya.

Insiden ini viral, pihak Bandara Bristol angkat bicara. Mereka sangat menyesal dengan keadaan itu dan meminta penumpang untuk memberitahu petugas keamanan jika memakai payudara buatan sebelum pemeriksaan.

“Kami sangat menyesal mendengar tentang pengalaman pelanggan kami. Kami mendesak mereka untuk menghubungi kami secara langsung, sehingga kami dapat melakukan investigasi sepenuhnya. Kami menanggapi masalah ini dengan sangat serius,” katanya.

“Pemeriksaan penumpang yang bepergian dengan perangkat medis dan prostetik selalu menjadi bagian dari silabus pelatihan keamanan, dan semua pemeriksaan dilakukan sesuai dengan peraturan Departemen Transportasi dan panduan CAA.”

April lalu, seorang wanita bernama Realtán Ní Leannáin, yang telah menjalani mastektomi diminta untuk melepaskan payudara palsunya di depan umum saat melewati pemindai keamanan di bandara Dublin.

Ia sedang dalam perjalanan ke Donegal ketika payudara buatannya memicu teknologi pemindai baru.

“Petugas keamanan bahkan tidak menawarkan untuk menggeledah saya. Dia berdiri dan menunggu saya melepaskan prostesis,” ucapnya.

“Saya tidak bisa berpikir. Setiap kali saya mencoba untuk merasionalisasikannya, saya tidak bisa.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *