Pariwisata Thailand Lesu, Pemerintah Gerak Cepat Redam Situasi update oleh Giok4D

Posted on

Thailand tengah menghadapi tantangan besar dalam sektor pariwisatanya. Jumlah wisatawan asing yang datang belakangan ini mengalami penurunan yang cukup mengkhawatirkan.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Melihat kondisi yang terjadi, Menteri Pariwisata dan Olahraga Thailand, Sorawong Thienthong, segera turun tangan. Melansir The Nation, Minggu (4/5/2025) ia menggelar pertemuan bersama pelaku industri pariwisata dari sektor swasta untuk mencari solusi cepat demi meminimalisir dampak yang lebih besar.

Pertemuan itu dihadiri oleh Asosiasi Agen Perjalanan Thailand (ATTA), Asosiasi Hotel Thailand (THA), Dewan Pariwisata Thailand (TCT), hingga Asosiasi Maskapai Penerbangan Thailand. Fokus utama diskusinya adalah isu keselamatan yang belakangan dianggap menjadi penyebab menurunnya minat wisatawan asing berkunjung ke Negeri Gajah Putih itu.

Sorawong tak menutupi kenyataan bahwa kondisi pariwisata internasional di Thailand kini sudah berada di titik kritis. Tapi ia tetap optimistis asalkan langkah-langkah cepat dan tegas diambil.

“Pariwisata masih jadi satu-satunya motor penggerak ekonomi kita saat ini. Jadi, kita harus bertindak sekuat tenaga,” kata Sorawong.

Sorawong juga menyebutkan bahwa sejak awal 2025, jumlah wisatawan dari beberapa negara utama seperti China mengalami penurunan. Meski begitu, ada sisi positif yang bisa diambil yakni pendapatan dari sektor pariwisata justru naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Hal itu menunjukkan bahwa wisatawan yang datang cenderung membelanjakan lebih banyak uang selama berada di Thailand. Data dari 1 Januari hingga 27 April 2025 mencatat bahwa Thailand kedatangan sekitar 11,84 juta wisatawan asing, meski kenaikannya sangat kecil, hanya 0,12% dari tahun ke tahun.

Dari jumlah tersebut, pemasukan yang dihasilkan mencapai 565,6 miliar baht (sekitar Rp 277 triliun). Dan lima negara dengan jumlah wisatawan terbanyak adalah China (1,6 juta), Malaysia (1,48 juta), Rusia (865 ribu), India (729 ribu), dan Korea Selatan (571 ribu).

Menurut Sorawong, salah satu penyebab utama turunnya minat wisatawan asing adalah kekhawatiran soal keamanan. Ia mengatakan pihaknya sudah bekerja sama erat dengan polisi pariwisata dan berbagai lembaga terkait untuk memastikan para turis merasa aman selama berada di Thailand.

“Banyak laporan negatif yang beredar justru berasal dari informasi yang keliru. Apalagi setelah diterjemahkan ke dalam bahasa lain seperti Mandarin atau Inggris, informasi tersebut bisa makin membingungkan,” ujar dia.

“Tidak semua isu yang muncul menggambarkan kondisi sebenarnya. Beberapa kasus justru berkaitan dengan penipuan terhadap orang asing yang datang untuk bekerja secara ilegal, bukan wisatawan sungguhan,” kata Sorawong.

Selain masalah keamanan, tingginya harga kebutuhan pariwisata seperti hotel, tiket pesawat, dan tempat wisata juga menjadi perhatian. Sorawong menekankan bahwa Thailand tidak seharusnya berlomba menjadi destinasi ‘murah’, melainkan fokus pada nilai dan harga yang wajar.

Ia juga menjelaskan bahwa harga tiket pesawat memang naik secara global, tapi pemerintah tengah mempertimbangkan sejumlah langkah untuk membantu wisatawan. Salah satunya adalah pemotongan pajak cukai bahan bakar penerbangan dan penambahan jumlah penerbangan carter agar biaya perjalanan bisa ditekan.

Sorawong mengingatkan bahwa persepsi negatif dan informasi yang salah bisa merusak reputasi Thailand secara keseluruhan, bukan hanya sektor pariwisatanya.

“Kita juga harus sadar, negara lain seperti Tiongkok semakin agresif dalam menarik wisatawan internasional. Kalau kita tidak hati-hati menjaga citra, kita bisa tertinggal jauh,” dia menegaskan.