Pasukan Sahabat Tani, Kisah Ular Penjaga Sawah, Diinisiasi Bupati Lucky Hakim

Posted on

Kini, perjalanan ke Indramayu tak melulu soal pantai-pantai di pesisir utara atau kuliner khas seperti nasi lengko. Musim ini, ada cerita tak biasa yang dimulai oleh Bupati Lucky Hakim, yakni ribuan ular jinak yang menjadi penjaga sawah dari serangan hama tikus.

Begitu tiba di hamparan sawah di Kecamatan Widasari, merujuk lokasi koordinat yang tercantum dalam foto, panorama hijau membentang sejauh mata memandang. Kawasan itu bukan destinasi wisata, namun area persawahan produktif di Indramayu. Wilayah tersebut dikenal sebagai sentra pertanian padi.

Kini, di sela-sela rumpun padi, bukan petani dengan jebakan tikus yang terlihat, melainkan sosok melata yang biasanya bikin sebagian orang merinding, ular.

Bupati Indramayu Lucky Hakim memutuskan untuk melepaskan 1.200 ular sawah itu untuk menyelamatkan panen warga dari tikus. Lucky menamai program itu sebagai Ular Sahabat Tani.

“Ribuan ular lanang sapi dan ular koros sudah kita lepas di lokasi-lokasi yang terserang hama tikus. Kasihan petani jadi gagal tanam dan rugi besar,” ujar Lucky dikutip dari situs kabupaten indramayu.

Alih-alih racun yang berisiko merusak tanah dan air, ular-ular itu menjadi predator alami yang bekerja 24 jam. Meski jinak, mereka tetap gesit berburu tikus yang menggerogoti batang padi.

Bagi traveler yang penasaran, melihat langsung strategi unik itu bisa menjadi pengalaman tak terlupakan. Bayangkan berjalan di pematang sawah saat senja, sambil mengamati ular-ular itu melata di antara rumpun padi dengan latar suara burung sawah.

Tak cuma itu, Lucky juga mengembangkan populasi burung hantu (Tyto alba) sebagai predator alami tikus di area persawahan.

Hingga saat ini, di areal pesawahan Kabupaten Indramayu sudah ada sekitar 300 ekor burung hantu yang ditempatkan di berbagai desa. Burung hantu tersebut ditempatkan di rumah burung hantu (Rubuha) di titik-titik strategis, terutama di wilayah dengan tingkat serangan tikus yang tinggi.

Lucky menjelaskan bahwa langkah itu adalah bagian dari pendekatan ramah lingkungan untuk mengendalikan hama pertanian tanpa mengandalkan bahan kimia berbahaya.

“Hama tikus menjadi salah satu ancaman terbesar bagi ketahanan pangan kita. Dengan mengembangkan burung hantu dan melepaskan ular sawah sebagai predator alami, kita tidak hanya membantu petani mengamankan panen, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem,” ujar Lucky.

Peneliti Pusat Studi Komunikasi Lingkungan Unpad Herlina Agustin mengatakan bahwa langkah yang diambil Lucky itu unik, namun harus dilanjutkan dengan edukasi kepada warga.

“Menurut saya unik dan itu ramah lingkungan,” kata Herlina dikutip dari detikjabar.

“Masalahnya adalah dia pakai ular piton dan ular koros, ini ular enggak berbisa dan ini ular lokal, disimpan di mana pun juga bisa, yang jadi persoalan buat saya ini kan dia tebar ular banyak, tanpa edukasi repot,” kata dia.

***

Selengkapnya klik di sini.

pasukan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *