Pendaki Ini Lolos dari Bom, tapi Terjebak di Perbatasan Iran

Posted on

Rencana Felguni Dey untuk mendaki Gunung Damavand di Iran gagal total. Serangan bom membuatnya terdampar di perbatasan negara.

Dikutip dari Times of India pada Kamis (19/6/2025), Dey adalah seorang profesor geografi yang tinggal di Kolkata, India. Dia juga seorang pendaki amatir. Ia tiba di Iran pada 6 Juni.

Pendakiannya batal karena ada badai salju. Ia mencoba untuk pulang, namun sepertinya sial enggan meninggalkan dirinya.

Pada 12 Juni, Israel melancarkan serangan udara ke Iran sebagai bagian dari Operasi Rising Lion. Serangan itu menyebabkan penutupan wilayah udara dan menghentikan perjalanan pulangnya.

Tak ada penerbangan sejak itu. Dey yang selamat dari serangan bom mencoba untuk melarikan diri melalui jalan darat. Ia berhasil mencapai Astara dan berencana masuk ke Azerbaijan, lalu terbang ke India.

Rencana itu buyar. Dia terjebak di Astara dan tidak diperbolehkan keluar dari Iran. Satu-satunya cara untuk meninggalkan Iran hanyalah kode khusus untuk evakuasi.

“Saya mungkin berhasil lolos dari bom di Teheran dengan melakukan perjalanan ini, tetapi sekarang saya terjebak di perbatasan darat Astara Iran karena otoritas Azerbaijan tidak mau menerima saya di negara mereka tanpa kode migrasi khusus yang dikeluarkan oleh pemerintah tersebut, dan e-visa saya tidak akan berlaku,” kata Dey dalam pesan suara kepada PTI.

Andai kode evakuasi itu didapatkan, dia tidak serta-merta keluar dari Iran saat itu juga. Dey baru bisa meninggalkan Astara dua minggu lagi.

Dengan suara bergetar, ia mengaku tidak tahu bagaimana bisa bertahan selama itu.

Sebelum tiba di perbatasan, Dey telah memesan kamar hotel dan penerbangan dari Baku, Azerbaijan menuju Mumbai. Namun semua itu dibatalkan.

“Tidak seorang pun memberi tahu saya di Teheran bahwa e-visa saya tidak cukup untuk menyeberang ke Azerbaijan melalui darat dan bahwa saya juga memerlukan kode akses migrasi khusus ini, terutama dalam situasi perang seperti ini,” kata Dey.

“Saya tidak membuang waktu untuk memulai proses aplikasi, tetapi pihak berwenang telah menanggapi saya melalui email yang menyatakan bahwa prosesnya akan memerlukan waktu minimal 15 hari,” dia menambahkan.

Dey mengaku bahwa ada banyak orang asing yang juga terisolasi bersama dirinya. Orang India adalah yang paling sulit melintas karena wajib memiliki kode imigrasi.

Dewi Fortuna tak sepenuhnya meninggalkannya, ia mendapat bantuan dari banyak orang asing.

“Wakil rektor Universitas Calcutta, Santa Dutta, selalu berhubungan dengan saya. Begitu pula pendaki gunung Debasish Biswas. Seorang pejabat senior dari bagian kebudayaan kedutaan India di Teheran, Balaram Shukla, juga membantu saya,” kata dia.

Pejabat kedutaan India di Teheran dan Baku dilaporkan tengah bekerja sama untuk meyakinkan Azerbaijan agar mengizinkan Dey lewat mengingat situasi darurat.

Perjalanannya sejauh 500 km dari Teheran ke Astara penuh dengan tantangan tersendiri. Dengan pembatasan bahan bakar di seluruh Iran, pengemudi harus sering berhenti untuk mengisi bahan bakar dan memenuhi kebutuhan pokok.

“Mereka baik dan sangat manusiawi. Mereka bahkan membawakan saya buah dan teh, dan tetap berada di terminal untuk memastikan saya aman.”

Dey kini mempertimbangkan perjalanan melelahkan selama delapan jam ke perbatasan Armenia. Dia berharap menemukan jalan keluar lebih cepat lewat negara itu.

Hanya saja, saat ini kondisinya sedang tidak prima. Dia mengalami kelelahan akut.

“Fisik dan emosional saya terkuras habis… Ketidakpastian untuk sampai di rumah membuat saya tersiksa. Semua upaya saya dan uang yang dikeluarkan oleh keluarga dan teman-teman untuk menyelamatkan saya tampaknya sia-sia,” katanya.

Saat ini ia hanya bisa berharap dan berjuang untuk bertahan hidup. Kebaikan orang-orang asing menjadi penyambung hidupnya hari demi hari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *