Aksi pencurian perhiasan Museum Louvre, Paris saat jam operasional memicu kekhawatiran besar, termasuk di Vatikan. Direktur Museum Vatikan, Barbara Jatta, menyatakan bahwa aksi serupa bisa saja terjadi di mana pun, termasuk di institusinya.
“Perampokan nekat seperti dalam film Ocean’s Eleven atau Ocean’s Twelve memang bisa terjadi di mana saja. Tapi kami berharap, dengan sistem keamanan yang kami miliki, risiko itu bisa diminimalisir,” ujar Jatta dikutip dari Punch, Selasa (21/10/2025).
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Museum Vatikan dikenal sebagai rumah bagi mahakarya seni dunia, termasuk karya Leonardo da Vinci, Caravaggio, dan Giotto. Jatta memastikan, seluruh area museum, termasuk ruang penyimpanan dan kantor administratif telah dilengkapi sistem keamanan ketat berupa jaringan sensor dan pengawasan video canggih.
Meski demikian, ia tak menampik potensi ancaman dari oknum yang terdorong oleh keinginan meniru aksi serupa.
“Kadang ada dorongan untuk meniru aksi kriminal seperti itu. Karena itu setelah insiden di Louvre, kami minta tim keamanan untuk lebih waspada,” kata dia.
Museum Vatikan diperkirakan akan dikunjungi sekitar tujuh juta wisatawan tahun ini, diawasi oleh sekitar 400 petugas keamanan. Kompleks museum ini mencakup hampir 30 unit berbeda, mulai dari galeri seni, koleksi sejarah, hingga Kapel Sistina yang terkenal dengan lukisan Penghakiman Terakhir karya Michelangelo.
Sebelumnya, empat perampok bertopeng berhasil membobol jendela Louvre pada Minggu pagi dan membawa kabur delapan perhiasan mahkota Prancis dalam waktu singkat. Mereka melarikan diri menggunakan motor, meninggalkan kehebohan dan pertanyaan besar soal keamanan museum-museum besar di Prancis.
Aksi tersebut kini memicu perdebatan luas tentang efektivitas sistem keamanan di museum-museum ternama dunia. Vatikan menjadi salah satu institusi yang kini meningkatkan kesiagaan untuk menghindari insiden serupa.
