Remaja Bercanda Soal Bom di Pesawat: Batal Liburan-Berakhir di Tahanan

Posted on

Penerbangan Spirit Airlines harus ‘bubar’ karena ocehan remaja 16 tahun. Leluconnya soal bom membuatnya berakhir di tahanan.

Penerbangan 1332 terjadwal terbang dari Bandara Internasional Fort Lauderdale-Hollywood menuju Kansas City, Amerika Serikat pukul 14.37 waktu setempat pada Senin (14/7).

Saat pesawat siap lepas landas, remaja yang tidak disebutkan identitasnya itu bercanda bersama teman-temannya.

“Saya punya bom di saku saya,” teriaknya.

Seisi pesawat panik. Penumpang yang mendengar lelucon itu melaporkannya pada awak kabin. Keamanan penuh dikerahkan, penumpang dievakuasi.

Penumpang merekam momen anak laki-laki itu dikawal keluar dari pesawat, sementara penumpang dipaksa untuk kembali ke landasan.

Kasus ini dibawa ke pengadilan pada Selasa (15/7), seorang juru bicara maskapai mengatakan lelucon itu membuat Spirit kehilangan sekitar USD 50.000 (Rp 815 juta) akibat penundaan dan gangguan.

Sementara remaja itu didakwa dengan kejahatan perusakan senilai USD 1.000 (Rp 16,3 juta) atau lebih dan membuat laporan palsu tentang bom atau bahan peledak.

Namun, ibu dari remaja ini bersikeras bahwa lelucon spontan anaknya tidak pernah dimaksudkan sebagai ancaman. Ia menganggap itu hanya bahasa gaul yang salah artian.

“Dia anak yang baik,” katanya.

Spirit Airlines mengonfirmasi kekacauan di udara tersebut diatasi dengan sangat baik oleh awak kabin.

“Pesawat meluncur ke lokasi terpencil, dan para tamu diturunkan dari pesawat dengan selamat.”

Tidak ditemukan bahan peledak di pesawat maupun pada remaja tersebut, dan tidak ada yang terluka.

“Pesawat itu telah diperiksa dan dibereskan oleh penegak hukum.”

Pengacara remaja tersebut berargumen bahwa fakta-fakta bahkan tidak secara jelas menunjukkan komentar tersebut berkaitan dengan pesawat.

“Ada satu pernyataan, ‘Saya punya bom di saku saya,'” kata pengacara tersebut.

“Tapi masalahnya, tidak disebutkan di mana pernyataan itu diucapkan. Apakah ini di dalam pesawat? Apakah di bandara? Apakah dalam perjalanan ke bandara?” lanjut pengacara.

Namun, hakim tidak peduli, ia memberikan hukuman pada remaja tersebut untuk menjalani evaluasi psikologis dan tetap ditahan di fasilitas remaja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *