Hotel menjadi akomodasi yang dipenuhi dengan berbagai macam karakter manusia. Tapi, ada satu tipe tamu yang dibenci oleh staf hotel, yaitu….
Perundung check-in atau Check-in Bullies adalah tamu yang membuat staf hotel akan menarik nafas panjang. Mereka biasanya adalah orang-orang yang selalu menganggap dirinya penting, menolak untuk antre dan menuntut banyak hal kepada staf hotel, seperti dikutip dari USA Today pada Rabu (29/10).
Tamu-tamu akan berusaha untuk melakukan apa pun agar keinginannya tercapai. Jika upgrade kamar tidak tersedia, mereka akan berbicara dengan suara keras seraya menegur staf.
“Tahukah Anda berapa malam saya menginap di hotel ini? Hubungi manajer Anda sekarang!” Itulah kalimat andalan yang akan mereka keluarkan.
Perilaku buruk mereka di hotel akhir-akhir ini menjadi sorotan. Sebuah survei pada bulan Maret yang dilakukan oleh Hotels.com menunjukkan bahwa kecerobohan mereka di hotel merupakan masalah yang semakin meningkat.
Peringkat pertama yang umumnya dilanggar oleh mereka adalah bertelanjang kaki di area umum hotel (94%) dan mengenakan jubah hotel di luar kamar (92%). Hal lain yang tidak boleh, tapi mereka lakukan yaitu menunjukkan kemesraan di depan umum dan di kolam renang (86%), kemudian memonopoli kursi kolam renang (60%).
“Orang-orang tampaknya kurang menghargai properti dan kesejahteraan orang lain,” kata pakar etiket Rachel Wagner.
“Itu sikap yang menganggap, ‘Ini bukan milikku, jadi aku tak peduli'” ucap dia.
Trik Mengatasi Perundung Check In
Namun, para pekerja hotel biasanya punya trik untuk mengatasinya. Thomas Plante, pakar perilaku yang mengajar psikologi di Santa Clara University berkata bahwa solusi untuk menghadapi para perundung check-in adalah tidak bereaksi berlebihan.
“Saya pikir jika masyarakat bertindak dengan hormat, sebagian besar masalah atau potensi masalah dapat diselesaikan,” katanya.
Abbe Depretis, pengajar di Tepper School of Business di Carnegie Mellon University mengatakan bahwa komunikasi adalah kunci dari situasi yang memanas.
“Banyak warga Amerika yang tidak memiliki teknik manajemen konflik dasar yang dapat meredakan situasi tegang, dan pada akhirnya memperburuk skenario ini,” ujar dia.
Kultur buruk ini telah diteliti dan dibuktikan di berbagai negara. Menurut Grandey dkk. (2007), staf hotel sering menghadapi perilaku buruk dari tamu yang diwujudkan dalam bentuk kata-kata kotor, cemoohan, teriakan dan menggurui, dengan pelecehan seksual menjadi tindakan intimidasi yang paling dominan diderita oleh staf hotel (baik itu resepsionis maupun petugas kamar).
Bentuk perundungan lainnya yang diderita staf hotel mencakup perhatian seksual yang tidak diinginkan; penyebaran gosip dan rumor; mendapat komentar yang menghina atau menyinggung; dimarahi atau menjadi sasaran kemarahan spontan; perilaku mengintimidasi seperti menuding, menyerang ruang pribadi, mendorong, menghalangi jalan; ancaman kekerasan atau kekerasan fisik; pesan yang menghina, panggilan telepon atau email iseng; lelucon yang dilakukan oleh orang yang tidak Anda kenal; hingga dihina atau dicaci secara verbal oleh tamu.






