Menteri Kebudayaan Fadli Zon membuka wacana stairlift Candi Borobudur ke depannya akan dipermanenkan. Dia mengatakan bakal menguji coba lebih dulu. Dia sekaligus menyebut tiga situs warisan dunia menggunakan stairlift. Apa saja dan betulkah?
Pemasangan fasilitas stairlift di Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah dikaitkan dengan kedatangan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Rencana itu menuai polemik karena Candi Borobudur adalah salah satu situs warisan dunia UNESCO dan situs sakral sehingga segala bentuk intervensi harus dipertimbangkan secara hati-hati dan multidisipliner.
Nah, pemasangan stairlift, yang sebelumnya dinarasikan sebagai eskalator, dikhawatirkan berpengaruh terhadap potensi struktur asli bangunan Candi Borobudur.
Fadli Zon menyebut yang dipasang adalah stairlift, yakni alat bantu mobilitas vertikal bagi penyandang disabilitas, lansia, atau pengunjung dengan kebutuhan khusus. Dia menambahkan pemasangan alat itu dilakukan demi alasan inklusivitas dan telah menjadi praktik umum di berbagai situs warisan dunia.
Direktur Utama Injourney Maya Witono menambahkan fasilitas stairlift itu tidak menggunakan paku atau bor agar tidak merusak struktur cagar budaya dan sesuai dengan ketentuan UNESCO.
Fadli Zon mencontohkan sejumlah warisan UNESCO yang memiliki stairlift. Dia menyebut tiga lokasi. “Yang ada di sana pemasangan semacam stairlift. Stairlift itu untuk inklusivitas. Itu di seluruh situs dunia sudah dipasang. Di Sistine Chapel sudah ada, di Angkor Wat sudah ada, di Acropolis di Athena juga sudah ada. Itu semua ada dan tidak merusak situs, justru itu sangat ketat sekali soal itu,” kata Fadli Zon.
detikTravel menelusuri di masing-masing situs itu untuk membuktikan ada atau tidaknya eskalator, lift, atau stairlift. Fadli Zon mengatakan salah satu contoh stairlift ada di Akropolis Athena di Yunani.
Dilansir situs Acropolis Athens Tickets, situs warisan dunia itu dilengkapi lift khusus untuk pengunjung dengan keterbatasan mobilitas. Lift dibangun untuk membantu pengunjung mencapai Bukit Akropolis. Fasilitas itu dipasang pada 2004, menjelang Olimpiade Athena.
Kemudian, dibangun lift baru yang lebih ramah bagi pengunjung disabilitas. Lift itu berkapasitas hingga 1.300 kg yang menghubungkan dasar dengan puncak bukit dalam waktu sekitar 32 detik dan hanya diperuntukkan bagi penyandang disabilitas.
Selain itu, tersedia dua jalur baru di sekitar Parthenon yang dibangun di atas Jalan Panathenaic kuno, memudahkan mobilitas tanpa mengganggu situs bersejarah. Akses itu dilengkapi kendaraan pengantar dan fasilitas toilet yang ramah disabilitas.
Pengunjung disarankan menghubungi pengelola sehari sebelumnya untuk memastikan layanan tersedia. Seluruh upaya ini menunjukkan bahwa aksesibilitas dan pelestarian warisan budaya dapat berjalan seiring
Kemudian, Fadli Zon menyebut Sistine Chapel atau Kapel Sistina. Merujuk disabledaccessibletravel, salah satu kapel di lingkungan Istana Apostolik yang masuk situs warisan dunia UNESCO pada 1984 dengan kriteria kebudayaan, seni, dan sejarahnya yang luar biasa itu, tidak memiliki lift di dalam ruangan karena merupakan bangunan bersejarah dengan struktur yang tidak memungkinkan modifikasi besar.
Namun, Museum Vatikan sebagai kompleks yang menaungi Kapel Sistina menyediakan berbagai fasilitas aksesibilitas bagi pengunjung disabilitas. Tersedia lift dan jalur khusus yang memungkinkan kursi roda menjangkau hampir seluruh area museum, termasuk Kapel Sistina, tanpa harus melalui tangga.
Petugas juga siap membantu mengarahkan pengunjung ke rute yang ramah disabilitas. Kursi roda dapat dipinjam secara gratis di pintu masuk, dan pengunjung dengan disabilitas berhak masuk tanpa biaya, termasuk satu orang pendamping.
Meski tak ada lift langsung di dalam Kapel Sistina, akses tetap disediakan dengan cara yang menghormati kelestarian situs bersejarah sekaligus memperhatikan kenyamanan semua pengunjung.
Fadli Zon juga sempat menyebut Angkor Wat. Dari penelusuran sejumlah sumber, Angkor Wat tidak memiliki lift, eskalator, atau stairlift. Angkor Wat yang dibangun pada abad ke-12 dan merupakan situs warisan dunia bertekad untuk mempertahankan keaslian arsitekturnya.
Candi itu memiliki tangga curam dan lorong sempit tanpa modifikasi modern untuk menjaga nilai sejarahnya. Pengunjung dengan mobilitas terbatas mungkin menghadapi tantangan, tetapi beberapa area datar masih bisa diakses.