Sebuah studi global mengejutkan dari Harvard menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat pertama dalam tingkat kemakmuran dunia, bahkan mengungguli Amerika Serikat!
Dikutip dari New York Post, Senin (5/5/2025), studi itu dilakukan oleh Global Flourishing Study. Studi itu melibatkan lebih dari 200.000 responden dewasa berusia 18 tahun ke atas yang tinggal di 22 negara dan satu wilayah. Survei dilakukan dengan pada wawancara tatap muka, melalui telepon, dan survei daring yang dilakukan antara 21 Maret 2022 hingga 12 April 2024.
Studi itu mengukur tingkat flourishing atau kemakmuran berdasarkan berbagai aspek kehidupan. Yakni, kebahagiaan dan kepuasan hidup, kesehatan mental dan fisik, makna dan tujuan, karakter dan kebajikan, hubungan sosial yang erat, dan stabilitas keuangan dan material. Jadi, studi itu tidak hanya membatasi kajian berdasarkan kesejahteraan ekonomi, tetapi juga faktor-faktor lain.
Secara mengejutkan Indonesia menjadi juara. Ya, kendati bukan negara dengan tingkat kekayaan yang tinggi, Indonesia berhasil menduduki posisi puncak dalam studi itu. Poin Indonesia terdongkrak berkat aspek kekuatan dalam hubungan sosial dan keterlibatan komunitas.
Masyarakat Indonesia, meski menghadapi berbagai tantangan, menunjukkan tingkat kemakmuran yang tinggi berkat kedekatan sosial dan jaringan komunitas yang erat.
Di posisi kedua, ada Meksiko, disusul oleh Filipina, Israel, dan Nigeria kemudian Argentina. Negara-negara itu menunjukkan bahwa kemakmuran tidak selalu terkait dengan kekayaan materi.
Faktanya, banyak negara di posisi atas itu memiliki pendapatan per kapita yang lebih rendah, namun mereka memiliki masyarakat yang terhubung dengan baik, yang menjadi faktor penting dalam meningkatkan kualitas hidup.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) yang terkenal dengan kekayaannya, berada di peringkat ke-12. Meskipun secara ekonomi sangat maju, masalah kesehatan mental di kalangan remaja dan lemahnya ikatan komunitas menjadi tantangan utama yang menghambat kemakmuran di negara ini.
Selain itu, ketergantungan pada individu dan jarangnya interaksi sosial dalam masyarakat dianggap sebagai salah satu penyebab utama rendahnya skor AS dalam studi ini.
Studi itu memperlihatkan bahwa kemakmuran sejati tidak selalu datang dari kekayaan material, melainkan dari hubungan sosial yang sehat dan keterlibatan dalam komunitas.
Negara-negara yang memiliki tingkat pendapatan lebih rendah namun memiliki koneksi sosial yang kuat cenderung memiliki tingkat kemakmuran yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kebijakan yang mendukung hubungan sosial dan keterlibatan komunitas dapat menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas hidup di seluruh dunia.