Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo kini tengah dalam prosesi pengganti raja, usai Paku Buwono XIII mangkat awal bulan ini.
Keraton Solo merupakan cagar budaya hidup atau National Living Heritage, yang mana Keraton Solo juga adalah pusat budaya.
Maka di balik apapun yang terjadi dan siapapun nanti yang menjadi pemimpin Keraton Solo, Guru Besar Antropologi Universitas Indonesia, Prof. Semiarto Aji Purwanto, mengatakan kepada detikTravel, Kamis (13/11/2025) kedudukan raja bukan hanya menjadi pemimpin saja. Tetapi punya peran penting dalam sisi budaya di era modern ini.
“Di masa sekarang ya raja, ratu atau penguasa kerajaan-kerajaan lama di Indonesia barangkali tinggal memainkan peran-peran simbolik ya. Peran-peran kultural ya, karena dari sisi politik nyaris tidak ada lagi kecuali Sultan Jogya ya, Hamengkubuwono ke-9 dan 10,” ujarnya.
Walaupun tak seperti Keraton Yogyakarta yang memiliki kekuasaan secara administratif dalam sistem pemerintahan, Keraton Solo masih punya andil dan tanggung jawab besar sebagai pelestari budaya Jawa.
Sehingga nantinya setelah usai polemik siapa pemimpin selanjutnya Keraton Solo, Prof. Aji, berkata raja di era modern ini salah satunya memiliki peran budaya.
“Jadi peran yang paling konkret dari raja atau ratu ya memang konteksnya peran budaya. Artinya bagaimana menjaga dinamika, saya nggak terlalu suka (istilah) kelestarian ya, tapi dinamika tradisi ya karena tradisi itu kan selalu berubah,” ucapnya.
Mengutip Antara, Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk memfasilitasi pemugaran aset dari cagar budaya di Indonesia, dalam menjaga nilai sejarah dan budaya Jawa supaya bernafas panjang. Salah satunya Keraton Solo.
“Kami berharap aset budaya dan cagar budaya keraton ini dapat terus menjadi bagian dari kekayaan budaya nasional kita,” jelas Menteri Kebudayaan Fadli Zon dikutip dari detikNews.
