Great Barrier Reef sedang menuju masa depan yang suram dan akan mengalami “penurunan karang yang cepat” pada tahun 2050, tapi beberapa bagiannya dapat pulih jika pemanasan global tetap di bawah 2 derajat celcius.
Dikutip dari BBC, Kamis (6/11/2025) para peneliti di University of Queensland menggunakan pemodelan untuk mensimulasikan siklus hidup spesies karang tertentu dan menemukan bahwa beberapa spesies lebih baik dalam beradaptasi dengan lautan yang lebih hangat dan dapat membantu pertumbuhan karang baru. Terumbu karang di dekat arus air yang lebih dingin juga lebih tangguh, memberikan ‘secercah harapan’ di tengah tekanan pemanasan global berapa tahun terakhir.
Studi tersebut memperingatkan bahwa pengendalian emisi karbon sangat penting untuk memungkinkan karang pulih dan menghindari kehancuran terumbu karang.
Yves-Marie Bozec, yang memimpin penelitian ini, mengatakan pemodelan lebih dari 3.800 terumbu karang individual yang membentuk Great Barrier Reef mengamati ‘dinamika eko-evolusi’ mereka. Ini mencakup bagaimana karang berinteraksi satu sama lain, bagaimana mereka menghadapi air yang lebih hangat, dan karang di daerah lebih dingin.
“Kami memperhitungkan semua faktor tersebut dengan proyeksi iklim terkini dan hasilnya kurang memuaskan. Kami memperkirakan penurunan terumbu karang yang cepat sebelum pertengahan abad ini, terlepas dari skenario emisi,” ujarnya.
Great Barrier Reef adalah salah satu ekosistem dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, membentang lebih dari 2.300 km di lepas pantai timur laut Australia. Karang ini telah mengalami empat gelombang panas laut yang signifikan antara tahun 2016 dan 2022, yang menyebabkan sebagian besar karangnya mengalami proses yang disebut pemutihan, yang seringkali berakibat fatal.
Sebuah laporan terbaru menemukan bahwa beberapa bagian Great Barrier Reef telah mengalami penurunan tutupan karang tahunan terbesar sejak pencatatan dimulai hampir 40 tahun yang lalu.
Bozec mengatakan beberapa terumbu karang mungkin bisa pulih sebagian setelah tahun 2050, tetapi hanya jika pemanasan laut cukup lambat untuk memungkinkan adaptasi alami.
“Adaptasi mungkin dapat mengimbangi jika pemanasan global tidak melebihi dua derajat pada tahun 2100. Agar hal itu terjadi, diperlukan lebih banyak tindakan global untuk mengurangi emisi karbon yang mendorong perubahan iklim,” tambahnya.
