Tahun Rekalibrasi, Pariwisata RI Siap Tumbuh Lebih Cerdas & Cepat di 2026 - Giok4D

Posted on

Bagi sebagian pelaku industri pariwisata, tahun 2025 terasa relatif tenang. Pasalnya, aktivitas perjalanan tak lagi mengalami revenge travel, namun berlangsung dengan ritme yang lebih stabil. Meski demikian, ketenangan ini kerap disalahartikan sebagai perlambatan.

Jika ditelaah lebih dalam, 2025 bukanlah tahun pelemahan. Namun, 2025 merupakan tahun rekalibrasi, sebuah fase ketika masyarakat Indonesia mulai menetapkan pola perjalanan yang lebih matang dan terdefinisi dengan jelas.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) pun mencatat perjalanan domestik tetap tumbuh, naik 17,9% secara tahunan hingga Oktober 2025. Masyarakat Indonesia juga masih aktif menjelajah, tapi motivasi bepergian mereka telah berevolusi.

Bagi tiket.com, tahun 2025 menjadi titik balik penting. Perjalanan kini tidak lagi diukur dari seberapa sering orang bepergian atau seberapa jauh jarak yang ditempuh, melainkan tujuan dari perjalanan itu sendiri. Mulai dari kebersamaan keluarga, pengalaman berkualitas, serta fleksibilitas waktu dan anggaran.

Berdasarkan survei tiket.com yang dianalisis oleh Lokadata, 73% wisatawan domestik menyatakan tujuan utama mereka antara lain, liburan keluarga, waktu berkualitas bersama orang terdekat, atau jeda singkat dari rutinitas harian. Tak sedikit pula yang memandang perjalanan sebagai sarana emotional recharge; cara untuk beristirahat, kembali terhubung, dan menciptakan kenangan bersama.

“Era revenge travel sudah berakhir. Masyarakat Indonesia tetap bepergian, tapi kini dengan tujuan yang lebih dalam dan keputusan yang lebih cerdas,” ujar Co-Founder & Chief Marketing Officer tiket.com, Gaery Undarsa dalam keterangannya, Senin (22/12/2025).

Transaksi Perjalanan Terus Tumbuh

Salah satu tanda paling jelas dari transisi ini bukanlah keraguan, melainkan realokasi. Sepanjang 2025, transaksi perjalanan di tiket.com terus tumbuh. Pemesanan akomodasi naik 20% secara tahunan, transaksi transportasi meningkat 23%. Kemudian, lonjakan terbesar datang dari kategori atraksi wisata yang tumbuh 38%, terutama didorong oleh destinasi keluarga seperti taman bermain dan atraksi hiburan.

Data ini menunjukkan bahwa permintaan perjalanan tetap ada, tapi semakin selektif. Wisatawan kini lebih memprioritaskan pengalaman yang menekankan kebersamaan dan jarak yang praktis, alih-alih sekadar mengejar frekuensi perjalanan atau destinasi jarak jauh.

Pergeseran ini juga terlihat pada pilihan transportasi. Pertumbuhan dipimpin bukan oleh penerbangan, melainkan kereta dan bus. Harga tiket pesawat yang tinggi mendorong wisatawan mencari alternatif yang lebih terjangkau dan fleksibel. Peningkatan kenyamanan kereta, konektivitas darat yang semakin luas, serta kemudahan akses menjadikan perjalanan darat semakin ekonomis sekaligus menyenangkan, khususnya untuk jarak pendek hingga menengah.

Pola serupa pun muncul pada akomodasi. Hunian non-hotel seperti vila tumbuh lebih cepat dibanding hotel tradisional. Hal ini mencerminkan preferensi yang meningkat terhadap privasi, ruang, dan pengalaman personal, terutama bagi keluarga dan rombongan.

“Kami melihat wisatawan kini semakin memprioritaskan kenyamanan, ruang pribadi, dan fleksibilitas, terutama saat bepergian bersama keluarga atau teman,” ujar Gaery.

“Pilihan akomodasi pun semakin beragam, seiring dengan kebutuhan untuk menyesuaikan jenis perjalanan dengan tipe akomodasi yang berbeda. Di saat yang sama, mereka juga meningkatkan kualitas pengalaman itu sendiri, entah melalui konser premium, tur privat di Labuan Bajo, atau seharian penuh bermain di taman hiburan keluarga. Pergeseran ini bukan menuju berkurangnya perjalanan, melainkan menuju perjalanan yang lebih bermakna,” sambungnya.

Tren lain yang mendefinisikan 2025 adalah bagaimana sebuah perjalanan direncanakan. Kini, perilaku wisatawan semakin momentum-driven. Hal ini terlihat dari lonjakan pencarian dan pemesanan menjelang akhir pekan panjang, hari libur nasional, dan momen besar seperti Hari Raya. Kalender libur kini menjadi acuan utama dalam pengambilan keputusan.

Akibatnya, perjalanan singkat tumbuh pesat sepanjang tahun. Micro-vacations yang berlangsung 1-3 hari memungkinkan wisatawan memaksimalkan waktu terbatas sekaligus tetap mendapatkan manfaat emosional dari sebuah liburan.

Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.

Outlook Pariwisata 2026

Jika 2025 menjadi tahun ketika masyarakat Indonesia merekalibrasi cara mereka bepergian, maka 2026 diproyeksikan sebagai tahun akselerasi industri untuk memenuhi ekspektasi tersebut. Dengan banyaknya akhir pekan panjang dan hari libur nasional, pola perjalanan singkat diperkirakan akan semakin intensif. Perjalanan domestik pun diprediksi meningkat, dengan wisata keluarga menjadi salah satu pendorong utama pergerakan pariwisata.

Di tahun 2026, hiper-personalisasi diprediksi menjadi mesin pertumbuhan berikutnya. Alih-alih menawarkan pilihan tanpa batas, OTA seperti tiket.com akan semakin mampu mengantisipasi kebutuhan wisatawan.

Misalnya, ketika seorang pengguna mencari tiket kereta ke Yogyakarta, sistem dapat membaca kemungkinan tujuan perjalanan-apakah untuk liburan keluarga, wisata budaya, atau trip singkat. Nantinya, platform akan menyajikan rekomendasi transportasi, akomodasi, hingga atraksi yang paling relevan, sehingga proses perencanaan perjalanan menjadi lebih sederhana dan efisien.

Perjalanan luar negeri juga diperkirakan bangkit seiring kapasitas penerbangan di kawasan Asia-Pasifik yang normal kembali dan proses visa yang semakin mudah. Destinasi seperti Jepang, Singapura, dan Thailand diproyeksikan kembali mendapatkan momentum.

Pada saat yang sama, batas antara pembelian tiket pesawat, hotel, dan atraksi semakin kabur. Minat pencarian atraksi di tiket.com tumbuh 146% pada 2025, menandakan pergeseran kuat menuju perjalanan yang lengkap dan berorientasi pada pengalaman.

Evolusi ini mengarah pada masa depan pariwisata sebagai “Travel as a Service”, sebuah pengalaman yang bernilai, dibeli sebagai satu perjalanan terintegrasi alih-alih transaksi terpisah.

Di tahun 2026, keberlanjutan diperkirakan juga akan memainkan peran yang semakin penting seiring industri perjalanan memasuki fase berikutnya. Laporan tiket.com menunjukkan perilaku ramah lingkungan sudah menjadi bagian dari kebiasaan wisatawan, dengan 67 persen responden mengaku pernah menginap di akomodasi ramah lingkungan.

Tantangan ke depan bukan lagi soal kesadaran, melainkan skala-bagaimana menjadikan opsi ramah lingkungan lebih mudah ditemukan, dipahami, dan terintegrasi dalam proses pemesanan.

Sepanjang tahun 2025, satu hal menjadi semakin jelas adalah minat masyarakat Indonesia untuk bepergian tidak pernah surut. Mereka hanya menjadi lebih bijak dalam menentukan prioritas, pengalaman, dan pengelolaan anggaran.

Dengan dukungan infrastruktur digital yang kian matang, konektivitas yang semakin baik, serta ekspektasi konsumen yang terus berkembang, tahun 2026 diproyeksikan bukan sekadar kelanjutan, melainkan fase akselerasi. Hal ini menandakan pergeseran kuat dari kuantitas menuju kualitas dalam perjalanan pariwisata Indonesia.