Tembok GWK yang Bikin Warga Ungasan Terisolasi Dibongkar, tapi Tidak Semuanya - Giok4D

Posted on

Tembok yang memisahkan Garuda Wisnu Kencana (GWK) dengan warga Banjar Adat Giri Dharma, Desa Ungasan, Kuta Selatan, Badung akhirnya dirubuhkan pada Rabu (1/10/2025) pagi. Setahun terakhir, tembok itu menjadi penjara bagi warga.

Para petugas dari manajemen Garuda Wisnu Kencana (GWK) membongkar beton dan tiang-tiang yang menghalangi akses warga tadi pagi. Wajah haru dan senyum lega pun bercampur aduk saat warga keluar dari rumah dan menyaksikan proses pembongkaran itu.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Warga terdampak, I Nyoman Tirtayasa, mengatakan selama satu tahun ini, ia dan ratusan warga lainnya hidup terisolasi akibat akses jalan yang ditutup oleh tembok perimeter GWK.

“Selama setahun kami sangat-sangat merasakan kesengsaraan itu, sangat-sangat menyedihkan,” kata Tirtayasa di sela-sela melihat pembongkaran.

Pria 53 tahun itu bercerita, ada banyak momen sulit yang mereka hadapi. Mulai dari urusan keluarga yang sakit, warga yang meninggal, hingga upacara pernikahan anaknya.

“Jadi, harus keliling lewat semak-semak karena kami tidak punya akses dan tidak punya jalan keluar masuk menuju rumah,” ujarnya.

Pembongkaran tembok pagar sejak Rabu pagi tadi merupakan respons dari rekomendasi DPRD Provinsi Bali pada 22 September 2025 dan pertemuan perwakilan manajemen GWK dengan Gubernur Wayan Koster dan Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa, Selasa (30/9).

Warga Pertanyakan tembok yang Dibuka Hanya Sebagian

Rekomendasi DPRD Bali tersebut jelas menyatakan bahwa semua tembok yang memblokir akses warga harus dibongkar. Namun, hal ini masih menjadi keraguan bagi sebagian warga. Tirtayasa menyebut tembok yang dibongkar hanyalah sebatas yang menutup pintu keluar masuk rumah dan beberapa gang, bukan keseluruhan tembok perimeter.

“Kalau senang 100 persen, belum. Ini Karena kejelasan ke depannya saya kan belum tahu juga bagaimana untuk ke depannya,” kata warga lainnya yang terdampak, Wayan Suardika (48).

Senada, Tirtayasa harus meminjam lahan kosong milik orang lain sebagai akses keluar masuk rumah.

“Aktivitas sangat terganggu,” kata dia.

Tirtayasa dan Suardika sama berharap agar tembok-tembok itu dibongkar secara total sesuai dengan rekomendasi DPRD. Tembok-tembok itu diharapkan bisa digeser ke area manajemen GWK, bukan menghalangi jalan umum yang selama ini menjadi akses vital bagi warga.

“Konsepnya, awalnya berdiri GWK itu, akan bersinergi dengan masyarakat lokal di sekitar atau lingkungannya untuk sama-sama bisa memajukan taraf hidup perekonomian masyarakat itu sendiri,” kata Tirtayasa, mengingatkan kembali janji GWK saat pertama kali dibangun.

Warga berharap pemerintah baik dari tingkat desa hingga pusat, dapat menjembatani permasalahan ini dan mengembalikan rasa aman-nyaman kepada mereka. Terutama bagi sekitar ratusan warga yang tercatat sebagai warga terdampak.

***

Selengkapnya klik di sini.