Taman Nasional Way Kambas di Lampung merupakan kawasan pelestarian gajah sumatera tertua di Indonesia dan pusat edukasi alam bagi masyarakat. Menjadi benteng terakhir perlindungan gajah sumatera.
TN Way Kambas berada di Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Melansir situs resminya, taman nasional ini membentang dari Kabupaten Lampung Timur hingga Kabupaten Lampung Tengah, berada di dataran rendah dengan ketinggian 0-60 mdpl dengan luas mencapai 130 ribu hektare. Diresmikan melalui SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 26 Januari 1937.
Taman Nasional Way Kambas memiliki empat ekosistem, yaitu hutan hujan dataran rendah, hutan rawa, hutan bakau, dan hutan pantai. Keempat ekosistem ini dihuni oleh berbagai satwa dan tanaman endemik Sumatera.
Fakta-fakta Taman Nasional Way Kambas
1. Pusat Konservasi Gajah Tertua di Indonesia
Sejarah panjang Taman Nasional Way Kambas menunjukkan betapa pentingnya kawasan ini bagi upaya pelestarian alam di Indonesia. Kawasan hutan dataran rendah ini pertama kali ditetapkan sebagai cagar alam oleh Pemerintahan Hindia Belanda pada 1937.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Penetapan tersebut dilakukan karena wilayah Way Kambas sudah dikenal sebagai habitat penting bagi gajah sumatera dan berbagai satwa liar lainnya yang pada saat itu mulai menghadapi ancaman perburuan serta penyusutan hutan.
Seiring berjalannya waktu dan meningkatnya kebutuhan untuk melindungi ekosistem secara lebih menyeluruh, kawasan ini kemudian baru berdiri secara resmi pada tahun 1985 dan statusnya ditingkatkan menjadi taman nasional pada tahun 1989.
2. Keberhasilan Program Pembiakan
Upaya pengembangbiakan gajah sumatera di Pusat Konservasi Gajah Way Kambas kembali menunjukkan hasil positif. Kawasan konservasi di TNWK disebut masih menjadi salah satu benteng terpenting dalam menjaga kelangsungan populasi gajah di Indonesia.
Sebuah penelitian mencatat rekam jejak kelahiran gajah di TNWK sejak 1988-2021. Penelitian tersebut merangkum data kelahiran anak gajah dengan jumlah populasi mencapai 22 ekor gajah di kawasan Elephant Training Center dan Elephant Response Unit, Way Kambas.
Selain itu, keberhasilan lain kembali dibuktikan dalam catatan Antara pada 26 Februari 2024. Dalam situs tersebut menyebutkan, otoritas TNWK mengumumkan kelahiran seekor bayi gajah betina di kawasan konservasi tersebut. Anak gajah yang lahir dalam kondisi sehat itu langsung mendapat perawatan intensif bersama induknya oleh tim medis para mahout.
3. Rumah Bagi Satwa dan Tanaman Endemik
Taman Nasional Way Kambas dikenal sebagai salah satu kawasan dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi di Sumatera.
Data resmi mencatat bahwa kawasan ini menjadi habitat bagi 17 spesies amfibi, 13 spesies reptil, 48 jenis ikan air tawar, 77 spesies kupu-kupu, 50 spesies mamalia, dan 302 spesies burung yang tersebar di berbagai ekosistem, mulai dari hutan rawa, padang rumput, hingga sungai-sungai alami yang masih terjaga.
Di antara penghuni taman nasional ini terdapat sejumlah satwa kunci di TN Way Kambas, yakni gajah sumatera, harimau sumatera, badak sumatera, tapir, beruang madu, hingga siamang.
Keanekaragaman ini bukan hanya menunjukkan kekayaan fauna, tetapi juga menggambarkan pentingnya Way Kambas sebagai rumah bagi spesies-spesies kunci yang memiliki peran besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
TN Way Kambas menjadi salah satu benteng terakhir pelestarian satwa liar di Sumatera, oleh karena itu penting untuk memprioritaskan upaya konservasi di kawasan ini.
4. Ekowisata Edukatif yang Terkelola
Dalam beberapa tahun terakhir, pengelolaan wisata di Way Kambas semakin terarah pada prinsip konservasi. Melalui program-program interpretasi lingkungan, wisatawan diajak memahami pentingnya melindungi satwa liar serta hutan dataran rendah Sumatra yang menjadi rumah bagi berbagai spesies langka.
Melansir situs resminya, terdapat berbagai aktivitas edukatif yang bisa dilakukan wisatawan, mulai dari pengamatan satwa, edukasi konservasi gajah, wisata sungai, hingga kegiatan jelajah alam bersama pemandu lokal terlatih.
Wisatawan juga dapat belajar cara merawat gajah, termasuk bagaimana satwa dilatih, dipelihara, dan dikembalikan pada perilaku alaminya.
TNWK juga mengelola Pusat Latihan Gajah (PLG) yang menjadi ikon kawasan. Di sinilah wisatawan dapat melihat langsung aktivitas harian gajah binaan dan memahami upaya konservasi yang dilakukan pemerintah bersama masyarakat.
Pengembangan pariwisata berkelanjutan ini turut melibatkan masyarakat lokal dalam Community Based Tourism. Penduduk sekitar dilibatkan sebagai pemandu, penyedia jasa homestay, perajin souvenir, hingga pengelola transportasi wisata berbasis komunitas.
Pariwisata di TB Way Kambas tidak hanya terfokus pada konservasi hutan dan satwa di dalamnya, tetapi juga menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat yang terlibat di dalamnya.
