Transformasi Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) menjadi Solo Safari di awal tahun 2023, menjadi transformasi bagi dunia pariwisata Kota Solo. Hasil kolaborasi antara Pemerintah Kota Surakarta dan Taman Safari Indonesia ini menjadi lompatan menuju destinasi wisata yang lebih modern, atraktif, edukatif, dan ramah keluarga.
“Kehadiran Solo Safari telah membawa dampak besar bagi pariwisata Kota Solo. Kini, Solo tidak lagi hanya mengandalkan keraton, pasar tradisional, dan kuliner, tetapi juga memiliki destinasi wisata keluarga modern yang sesuai dengan tren rekreasi kekinian,” ujar CMO Taman Safari Indonesia, Alexander Zulkarnain dalam keterangan tertulis, Kamis (4/9/2025).
Berdasarkan data Buku Statistik Pariwisata Jawa Tengah 2023, Solo Safari mencatat lonjakan pendapatan hingga 300 persen, dibandingkan tahun 2022. Peningkatan ini sejalan dengan an meningkatnya lonjakan jumlah pengunjung. Dalam 10 bulan pertama, lebih dari 500 ribu wisatawan hadir, dan menembus hampir 600 ribu pengunjung sepanjang 2023.
“Lonjakan kunjungan yang terjadi turut menggerakkan sektor lain, mulai dari hotel, transportasi, hingga UMKM lokal, karena wisatawan cenderung memperpanjang masa tinggal mereka untuk menikmati batik, kuliner khas, hingga pertunjukan budaya. Lebih dari itu, Solo Safari berhasil memperkuat citra Solo sebagai kota yang dinamis, ramah keluarga, dan kompetitif dalam peta pariwisata Jawa Tengah maupun nasional,” imbuh Alexander.
Hadirkan Zona Edukasi hingga Kuliner Tematik
Solo Safari tak hanya menghadirkan berbagai koleksi satwa, tetapi juga zona edukasi, area rekreasi keluarga, serta kuliner tematik. Hal ini menjadikan Solo Safari sebagai destinasi favorit, terutama pada musim liburan sekolah maupun hari besar nasional.
Kehadiran Solo Safari juga memperkuat posisi Solo sebagai destinasi wisata keluarga di Jawa Tengah. Jika sebelumnya Solo lebih lekat dengan citra wisata budaya, sejarah, dan kuliner, kini kota ini memiliki daya tarik tambahan berupa wisata alam dan edukasi satwa.
Menurut data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, puncak kunjungan terjadi saat Lebaran, Natal, dan Tahun Baru, ketika jumlah wisatawan melonjak hingga 3-5 kali lipat dibandingkan hari biasa. Fenomena ini menunjukkan Solo Safari menjadi magnet utama wisatawan, sekaligus memperpanjang lama tinggal mereka di kota.
Hadirnya Solo Safari bukan hanya transformasi fisik, melainkan juga penggerak ekosistem pariwisata Solo. Dengan jumlah pendapatan dan kunjungan yang terus meningkat, Solo kini tampil sebagai kota yang semakin lengkap. Budaya, sejarah, kuliner, dan wisata keluarga modern semua hadir dalam satu destinasi.
Tak hanya itu, Solo Safari menunjukkan inovasi dan kolaborasi dapat menghidupkan kembali ikon lama di Kota Solo. Hal ini tidak hanya menambah daya tarik, tetapi juga menggerakkan ekonomi dan memperkuat branding Kota Solo sebagai tujuan wisata berkelas.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.