Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Gen Z China sedang ramai mengikuti model liburan gaya militer. Mereka beranggapan liburan ini lebih hemat.
Model liburan yang dinamai sebagai liburan pasukan khusus itu memaksimalkan kunjungan ke destinasi wisata. Salah satu caranya, meminimalkan akomodasi. Gen Z menyusun jadwal dengan tepat dan ketat, sehingga tidak banyak pengeluaran.
Oneone Han dan Pipi Tang mengikuti gaya liburan itu saat pelesiran di Hong Kong. Mereka menghabiskan waktu selama 48 jam untuk mengunjungi 14 destinasi, dengan hanya bermodal USD 360 atau Rp 5,9 jutaan.
Pilihan liburan itu membantu Han dan Tang bisa mengunjungi semua provinsi di Tiongkok pada 2026.
“Hanya tersisa empat provinsi. Kami merasa puas bisa mengunjungi banyak tempat dalam waktu singkat sambil menghemat uang,” kata Han.
Dikutip dari ABC News pada Senin (20/10/2025), mereka liburan tanpa menginap di hotel. Han dan Tang mandi di bandara dan mulai menjelajahi destinasi pada pukul 06.00. Perjalanan itu dilakukan di masa liburan Golden Week yang terkenal sebagai tanggal merah paling dinanti.
Tang mengatakan mereka merencanakan perjalanan dengan cermat. Saat traveling ketika libur panjang atau ke tempat-tempat populer dengan biaya akomodasi yang tinggi, mereka mengaku sering naik sleeper trains. Sarana ini menyediakan akomodasi nyaman dan murah.
“Jadi, itu sebagai pengganti akomodasi semalam. Kami tidak menyia-nyiakan waktu siang hari yang dapat digunakan untuk beraktivitas,” ujar Tang.
Perjalanan ala pasukan khusus yang dilakukan Han dan Tang telah menyebar di media sosial RedNote dan Douyin. Para pelaku liburan berbagi rencana perjalanan yang padat, tips perjalanan, dan kiat-kiat berhemat. Unggahan menyertakan panduan rinci, rute transportasi, tempat foto, spot kuliner, dan perlengkapan yang wajib dibawa.
Menanggapi tren ini, Dr Mingming Cheng selaku direktur Laboratorium Penelitian Media Sosial di Universitas Curtin menyatakan tren ini mengindikasikan tekanan sosial yang dialami anak muda. Mereka ingin punya banyak pengalaman meski dengan anggaran dan waktu terbatas.
“Ada yang kami sebut kecemasan waktu,” ujar Dr Cheng.
Menurut Dr Cheng, tren ini muncul khususnya setelah COVID-19. Banyak orang mulai berpikir, jika tidak bisa merasakannya sekarang maka akan menyesal di masa mendatang. Semakin besar tekanan, maka makin besar usaha penghematan yang dilakukan generasi muda.
Di media sosial, para pelaku pasukan khusus telah merekomendasikan beberapa strategi ekstrem untuk menghemat uang. Misal termasuk tidur di restoran waralaba 24 jam, jaringan restoran hot pot, atau kafe internet. Semuanya dilakukan demi bisa mengakses banyak destinasi wisata dengan dana seminimal mungkin.