Di Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh Kamis 5 Juni 2025, mari mengenal Tuntong Laut, spesies langka yang terancam punah dan usaha untuk menyelamatkannya.
Traveler mungkin belum familiar dengan nama Tuntong Laut. Itu wajar, karena hewan ini memang jumlahnya sudah makin sedikit di alam liar. Statusnya pun masuk dalam kategori terancam punah.
Tuntong Laut adalah sejenis kura-kura terlangka. Hewan dengan nama ilmiah Batagur borneoensis ini termasuk dalam spesies satwa liar yang dilindungi di Indonesia.
Menurut data dari Wildlife Conservation Society dan Turtle Conservation Coalition, Tuntong Laut termasuk dalam daftar 25 spesies kura-kura terlangka di dunia.
Bahkan lembaga International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) telah memasukkan Tuntong Laut ke dalam daftar merah (red list) alias ‘kritis’ (Critically Endangered). Itu artinya hewan reptil ini statusnya hampir punah.
Indonesia pun melindungi Tuntong Laut melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar jo. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Usaha Menyelamatkan Tuntong Laut
Usaha untuk menyelamatkan Tuntong Laut telah diinisiasi oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara.
BKSDA Sumut secara rutin melakukan patroli penyelamatan di sepanjang pantai timur Kawasan konservasi Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut (SM KGLTL), khususnya pada musim bertelur Tuntong Laut di bulan Desember sampai Januari.
“Terbukti sampai saat ini telah berhasil menyelamatkan 89 butir telur. Penyelamatan telur ini sangat penting dilakukan terutama untuk menghindari ancaman predator di alam liar seperti biawak, babi hutan bahkan manusia,” kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara, Novita Kusuma Wardani seperti dikutip Kamis (5/6/2025).
Menyelamatkan Tuntong Laut, Melestarikan Mangrove
Usaha untuk menyelamatkan Tuntong Laut dari kepunahan juga termasuk dengan melestarikan hutan mangrove. Itu karena Tuntong Laut dan mangrove memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Bahkan dapat dikatakan tanpa ada hutan mangrove, satwa langka ini tidak akan dapat berkembang biak dengan baik di alam liar.
Demikian pula sebaliknya, Tuntong Laut berperan mendukung keseimbangan yang terjadi di ekosistem hutan mangrove. Satwa ini berperan penting untuk regenerasi hutan mangrove dengan membantu penyebaran biji Brembang (Sonneratia caseolaris).
“Kotoran (feses) Tuntong Laut yang ada di air sungai menjadi sumber makanan yang kaya akan nutrisi bagi binatang kecil yang ada pada ekosistem mangrove seperti ikan, kepiting dan udang. Binatang-binatang kecil yang bertumbuh dan berkembang inilah yang kemudian menjadi sumber protein untuk dikonsumsi oleh manusia,” jelas Novita.
Walaupun hanya menjadi bagian kecil dari hutan mangrove, tetapi Tuntong Laut ternyata sangat berperan penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan membantu manusia untuk mendapatkan sumber pangan seperti ikan, kepiting dan udang.
Habitat Tuntong Laut
Kawasan konservasi Suaka Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur Laut (SM KGLTL) diketahui menjadi habitat Tuntong Laut di Sumatera Utara. Luas kawasan konservasi ini ±14.827 Hektar.
Lokasinya berada di 2 Kabupaten, yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Langkat. Saat ini, habitat potensial bagi Tuntong Laut di SM KGLTL bisa ditemukan di daerah Beting Selotong, Beting Tuntong, dan Pantai Sarang Elang.
BBKSDA Sumut rutin melakukan sosialisasi terkait Tuntong Laut dan statusnya sebagai satwa dilindungi kepada masyarakat desa yang ada di sekitar SM KGLTL yang menjadi habitat reptil langka tersebut.
Hasilnya, pada tahun 2017 masyarakat Desa Tapak Kuda, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat menyerahkan 7 (tujuh) butir telur Tuntong Laut yang mereka temukan kepada BBKSDA Sumut. Pihak BKSDA kemudian menyelamatkan telur tersebut dengan membuat kolam penetasan sementara di areal yang berdekatan dengan tempat telur ditemukan.
70 hari kemudian, telur tersebut menetas dan diperoleh 6 tukik hidup. Keberhasilan penetasan ini merupakan kegiatan perdana dan menjadi pionir dalam upaya penyelamatan Tuntong Laut.
Namun peluang 6 tukik tersebut untuk bertahan hidup hingga dewasa dan berkembang biak di alam sangat kecil. Inilah yang mendorong BBKSDA Sumut untuk membangun kolam pembesaran untuk pembesaran tukik sehingga dapat menjadi calon indukan untuk konservasi Tuntong Laut secara eksitu.
Respon Positif Masyarakat
Novita mengungkapkan, masyarakat memberikan respon positif atas upaya tersebut. Mereka bahkan secara sukarela menyerahkan Tuntong Laut atau telurnya kepada BBKSDA Sumut.
Hingga bulan Februari 2025, BKSDA Sumut sudah melepasliarkan 33 ekor Tuntong Laut ke habitatnya yang berasal dari kolam pembesaran dan penyerahan masyarakat. Saat ini terdapat 65 ekor individu Tuntong Laut di kolam pembesaran yang kelak akan dilepasliarkan di kawasan SM KGLTL.
“Keberlangsungan hidup satwa liar serta habitatnya pada akhirnya sangat tergantung dengan kepedulian kita. Untuk itu mari kita jaga dan selamatkan Tuntong Laut agar tetap hidup nyaman di rumahnya,” pungkas alumnus Fakultas Kehutanan UGM 1994 itu.