Air India memastikan tidak ada masalah pada mekanisme pengunci sakelar kontrol bahan bakar di armada pesawat Boeing 787 dan 737 yang dimiliki. Maskapai bersikukuh kondisi saklar pesawat-pesawat mereka dalam kondisi oke.
Dikutip dari Independent UK pada Rabu (23/7/2025), kesimpulan itu merupakan hasil investigasi mandiri Air terhadap armada Boeing yang dimiliki pada 12 Juli. Langkah itu dilakukan untuk menghindari peristiwa serupa terjadi.
Selain itu, cara itu dilakukan untuk menenangkan kekhawatiran penumpang setelah kecelakaan tragis penerbangan AI-171 pada Juni 2025.
Air India mengoperasikan armada jet lorong ganda Boeing 787 untuk penerbangan jarak jauh, sementara unit berbiaya rendah Air India Express mengoperasikan jet lorong tunggal Boeing 737.
Ya, inspeksi difokuskan pada pemeriksaan pada sakelar kontrol bahan bakar pesawat Boeing 787 yang digunakan. Sakelar itu penting karena berfungsi mengatur aliran bahan bakar ke mesin pesawat, memungkinkan pilot untuk menyalakan atau mematikan mesin, serta melakukan intervensi manual jika terjadi kegagalan mesin di udara.
Fokus investigasi itu berkaca pada kecelakaan pesawat yang menimpa asrama kedokteran di dekat Bandara Ahmedabad pada Juni lalu. Kecelakaan tersebut menewaskan 241 orang di dalam pesawat, serta 19 orang lainnya yang berada di darat. Hanya satu penumpang yang selamat dari kecelaan tersebut.
Temuan Awal Saklar Bahan Bakar Off
Dugaan adanya gangguan mekanis atau kelalaian muncul dari rekaman audio kokpit yang terekam dalam perekam penerbangan. Dalam percakapan tersebut, kopilot Clive Kunder terdengar mempertanyakan kepada kapten Sumeet Sabharwal, “Mengapa kamu mematikan sakelarnya?”. Kalimat itu mengisyaratkan bahwa sakelar berpindah secara tidak semestinya.
Kapten Sabharwal membantah telah mematikan sakelar tersebut. Hingga kini, transkrip lengkap percakapan kokpit belum dirilis secara resmi. Adapun, penyelidikan atas penyebab pasti insiden masih berlangsung.
Biro Investigasi Kecelakaan Pesawat Udara India (AAIB) menyebut laporan semacam itu prematur dan mendesak kehati-hatian hingga laporan akhir selesai. Sementara itu, asosiasi pilot menuduh media mencoba menjelek-jelekkan pilot yang terlibat.
Pakar Duga Ada Kaitan dengan Tindakan Pilot
R John Hansman, seorang profesor aeronautika di MIT, mengatakan bahwa berdasarkan informasi yang dirilis sejauh ini, “hampir pasti tindakan pilot”. Sang kapten diduga menyebabkan bahan bakar terputus dari kedua mesin dan berakibat kecelakaan.
“Ini bisa merupakan tindakan yang tidak disengaja, sebuah kesalahan, atau kesengajaan”, kata dia.
Dia menyebut fakta bahwa pilot dapat mencoba menyalakan kembali mesin yang menunjukkan sakelar berfungsi. Para penyelidik mengatakan dalam laporan awal mereka bahwa kedua mesin mencoba menyala kembali saat pesawat turun, dengan salah satunya mulai menghasilkan daya dorong.
Dia juga mengatakan sakelar bahan bakar dirancang agar tidak terbentur atau tergeser secara tidak sengaja dan kecil kemungkinannya tertukar dengan sakelar lainnya.
“Satu-satunya tindakan normal pada fase penerbangan ini adalah menaikkan roda pendaratan, dan sulit untuk menyamakan sakelar bahan bakar dengan tuas roda pendaratan yang berada di lokasi berbeda, memiliki bentuk yang sangat berbeda, dan akan bergerak ke arah yang berlawanan,” ujarnya.
Menurut pengamatannya, penyelidikan akan fokus pada tindakan kru, dengan tetap terbuka pada kemungkinan lain.
“Tindakan pilot yang disengaja seperti bunuh diri telah terjadi di masa lalu dan akan dipertimbangkan,” kata dia.