Seorang anak laki-laki berusia tiga tahun diberi segelas anggur putih (white wine) dalam penerbangan Cathay Pacific dan menjadi viral. Orang tua tidak terima dan menilai maskapai teledor.
Dikutip dari The Straits Times, Jumat (9/5/2025), peristiwa itu terjadi dalam penerbangan malam hari dari Hong Kong ke London pada 24 April. Kejadian itu viral setelah orang tua si bocah membagikan insiden tersebut di media sosial.
Si ibu, Wong, mengatakan si anak itu mengira minuman yang diberikan oleh pramugari adalah air putih. Kecurigaan muncul setelah si anak minum dan mengatakan kepada ayahnya, Tsui, bahwa minuman itu berasa asam.
Kedua orang tuanya lalu mencicipi minuman itu dan menyadari bahwa itu adalah wine putih. Mereka segera memberi tahu pramugari soal kejadian itu.
Wong terkejut dengan reaksi pramugari. Dia menceritakan pramugari itu hanya meminta maaf, kemudian mengambil kembali minuman tersebut, dan menggantinya dengan air putih untuk sang anak.
Wong kemudian melaporkan insiden itu kepada awak senior lainnya, yang kemudian menemukan seorang dokter asal Prancis di dalam pesawat untuk memeriksa kondisi anak. Dokter tersebut meyakinkan ibu bahwa anak itu tidak menunjukkan gejala apapun akibat konsumsi alkohol dan akan baik-baik saja.
Dalam ceritanya di media sosial Xiaohongshu, Wong mengungkapkan kekhawatirannya mengenai potensi dampak jangka panjang terhadap kesehatan anak.
“Kami memahami bahwa konsumsi alkohol pada anak kecil dapat menimbulkan dampak neurologis, perkembangan, dan fisiologis yang tertunda dan mungkin tidak langsung terlihat,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa mereka tengah mengatur pemeriksaan medis dengan dokter spesialis anak.
Maskapai tersebut telah meminta maaf kepada pasangan itu atas insiden tersebut. Selain itu, maskapai menawarkan pengembalian uang tiket anak mereka, tiga voucher upgrade kelas, dan menanggung biaya pemeriksaan medis.
Dalam surel kepada Wong pada 26 April, maskapai juga menyebut bahwa mereka telah melakukan pelatihan langsung kepada seluruh awak kabin untuk menekankan pentingnya memeriksa pesanan sebelum menyajikannya.
Namun, Wong menyatakan bahwa meskipun sudah ada permintaan maaf, maskapai belum memberikan penjelasan yang layak mengenai insiden tersebut atau rencana untuk mencegah hal serupa terjadi lagi di masa depan.
“Selama seluruh proses, saya merasa tidak ada kepedulian terhadap anak saya. Mereka memberi kesan seolah berusaha lepas tanggung jawab,” katanya.
Maskapai tersebut mengatakan kepada South China Morning Post bahwa setelah insiden itu, mereka meluncurkan tinjauan internal untuk memastikan tindak lanjut yang tepat dijalankan.
“Awak kabin kami memanggil tenaga medis di dalam pesawat dan berkonsultasi dengan lembaga medis independen untuk memastikan keselamatan anak, sembari memberikan bantuan dan dukungan yang diperlukan,” kata juru bicara maskapai.
“Sepanjang penerbangan, awak kabin kami terus memantau kondisi anak tersebut. Penumpang turun dari pesawat seperti biasa,” katanya.
Maskapai menyatakan bahwa mereka akan terus berkomunikasi dan membantu keluarga tersebut.
Tsui mengatakan kepada The Standard bahwa mereka membagikan insiden ini di media sosial untuk meningkatkan kesadaran orang tua lain tentang keselamatan anak selama penerbangan.
“Jika maskapai unggulan Asia saja bisa melewatkan pengamanan dasar seperti ini di kelas bisnis, maka setiap keluarga yang bepergian berada dalam risiko,” kata Tsui.