Video jalur pendakian Gunung Sumbing yang dipagari kawat berduri viral di media sosial (medsos). Ada apa di balik pemagaran pakai kawat berduri itu?
Video viral tersebut diunggah oleh akun instagram @pendaki_gunung. Dalam unggahan tersebut diberi keterangan sebagai berikut:
“Serius sekarang diganti dengan kawat berduri? Menurut pemilik video, langkah ini dilakukan untuk mencegah para pendaki keluar jalur atau melewati pembatas, agar sabana di sana tidak rusak dan di tengah jalur sudah dipasang tali untuk berpegangan. Gimana menurut kalian?,” tulis keterangan dalam video seperti dikutip, Selasa (4/11/2025).
Dalam video itu ada papan nama yang bertuliskan ‘Maaf hanya hewan/monyet yang melintasi kawat pembatas’. Kemudian di sebelahnya ada gambar monyet.
Papan ini dipasang di sabana atau berada di pembatas kawat berduri. Terus, kawat berduri ini dipasang baik di sisi kanan maupun kiri jalur pendakian.
Pengelola Jalur Pendakian Buka Suara
Terkait dengan video viral kawat berduri di jalur pendakian tersebut, Ketua Forum Pengelola Gunung Sumbing (FPGS), Lilik Setyawan, saat dimintai konfirmasi membenarkan adanya pemasangan kawat berduri tersebut.
“Ya, betul. Itu jalur anggota kami via base camp Gajah Mungkur, Desa Lamuk, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo,” kata Lilik saat dihubungi.
“Itu benar untuk membatasi akses jalur pendakian yang melebar ke Sabana. Karena jenenge (namanya) sabana niku (itu), kalau di jalur pendakian di gunung itu kan sangat menarik perhatian para pendaki. Jadi agar ekosistem masih terawat, terjaga, tidak terakses secara sembarangan atau tidak ada batasannya,” sambung Lilik.
Pemasangan kawat berduri tersebut, kata, Lilik sudah berlangsung sekitar dua bulan yang lalu. Menurutnya, awalnya hanya dipasang tali biasa.
“Karena itu kan mereka jalur baru. Jadi memang membuat jalur itu dari awal, termasuk camp areanya juga sudah apa ya, ada pembatasan, walaupun baru,” ujar Lilik yang juga pengelola Basecamp Butuh, Kaliangkrik, Kabupaten Magelang.
“Nggih (kawat berduri). Itu di sekitaran Sabana, itu Pos 3. Ya, kurang lebih seratusan meter,” tambah Lilik.
Untuk pemasangan, kata Lilik, dilakukan pengelola base camp Pemuda Mandiri, Desa Lamuk, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo.
“Maksud mereka benar untuk membatasi akses biar pendaki tidak terlalu bebas sembarangan melebar ke kanan atau ke kiri. Betul (dibatasi). Karena kan sangat menarik perhatian untuk foto segala macam. Nanti daripada rusak (sabana), kan eman-eman (sayang), terus dibatasi,” bebernya.
Pemasangan Kawat Berduri Kesepakatan Bersama
Pemasangan kawat berduri tersebut, disebut telah disampaikan dalam forum. Disampaikan jika pemasangan kawat berduri itu sudah menjadi kesepakatan bersama.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
“Itu kan sudah menjadi kesepakatan kami untuk pembatasan area-area di manapun tempat semua jalur,” kata Lilik.
Lilik menyebut setidaknya ada 12 base camp yang aktif baik di Magelang, Temanggung dan Wonosobo. Dia mengimbau bagi para pendaki harus mempersiapkan dengan matang, ekstra hati-hati dan waspada.
“Peralatan komplet, fisik oke, dari mantel (jas hujan) segala macam, baju ganti. Terus tambahi plastik untuk bungkus peralatan yang dibawa untuk antisipasi nanti kalau basah biar (hujan) masih aman di dalam,” tambahnya.
“Itu wajib (tidak boleh buang sampah sembarangan). Untuk sampah nanti setelah turun diserahkan, dilaporkan secara jumlah. Pertama (naik jumlah barang) dihitung logistiknya, nanti turun otomatis ketemu jumlah sampahnya,” pungkas Lilik.
———
Artikel ini telah naik di detikJateng.
