5 Fakta Iron Dome, Benteng Udara Israel yang Dibobol Iran

Posted on

Sistem pertahanan udara canggih Israel, Iron Dome, yang selama ini diklaim mampu menangkal serangan udara, dilaporkan kewalahan menghadapi serangan besar-besaran dari Iran. berikut fakta tentang Iron Dome.

Serangan bertubi-tubi dengan kombinasi rudal, drone, dan roket terkoordinasi disebut melemahkan efektivitas sistem tersebut. Selama ini Iron Dome menjadi saksi bisu pencegatan rudal sejak pertama digunakan.

Berikut adalah fakta-fakta mengenai Iron Dome milik Israel:

1. Dukungan AS

Iron Dome merupakan sistem pertahanan udara yang dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense Systems, perusahaan milik Israel, dengan dukungan dari Amerika Serikat (AS). Sistem itu dirancang untuk menghadapi berbagai ancaman seperti roket, mortir, hingga pesawat nirawak (drone).

Cara kerja Iron Dome adalah dengan meluncurkan roket pencegat untuk menanggapi serangan yang terdeteksi oleh radar. Teknologi ini memungkinkan sistem untuk melacak dan menghancurkan target di udara.

Dikenal sebagai salah satu pertahanan udara paling andal di dunia, Iron Dome dirancang khusus untuk menghadapi serangan jarak pendek, terutama yang datang dari wilayah Gaza dan Lebanon Selatan.

Menurut Kementerian Pertahanan Israel, sistem ini mampu menanggapi beberapa ancaman sekaligus dan diklaim memiliki tingkat keberhasilan hingga 90 persen.

2. 10 Unit Iron Dome

Saat ini Israel mengoperasikan sekitar 10 unit sistem pertahanan Iron Dome yang tersebar di berbagai wilayah negara tersebut. Menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF), sistem itu dirancang untuk melindungi area perkotaan dari ancaman roket dengan jangkauan antara 4 hingga 70 kilometer.

Setiap unit Iron Dome memiliki kemampuan perlindungan hingga area seluas 155 kilometer persegi dan umumnya diposisikan secara strategis di sekitar kawasan padat penduduk atau kota-kota besar. Satu unit terdiri dari tiga hingga empat peluncur, dan masing-masing peluncur dapat menampung hingga 20 roket pencegat.

Michael Shoebridge, pendiri dan direktur lembaga think tank Strategic Analysis Australia, pernah menjelaskan kepada ABC bahwa cakupan pertahanan sangat bergantung pada intensitas serangan.

“Semakin banyak rudal yang diluncurkan ke arah Anda, semakin luas perlindungan yang dibutuhkan oleh baterai Iron Dome,” ujar dia.

“Sebagai ilustrasi, untuk menahan serangan dari 1.000 rudal, Anda memerlukan setidaknya 1.000 roket pencegat,” dia menambahkan.

3. Berbiaya mahal

Iron Dome merupakan sistem pertahanan yang sangat mahal. Satu unit baterai diperkirakan bernilai sekitar USD 100 juta (setara dengan Rp 1,5 triliun), sementara setiap roket pencegatnya dibanderol sekitar USD 50.000 per buah.

Untuk menghemat penggunaan roket pencegat, sistem ini dilengkapi radar canggih yang secara cepat menganalisis lintasan roket yang masuk. Jika roket tersebut diperkirakan tidak akan menghantam area permukiman atau target penting, maka sistem tidak akan menembakkan pencegat dan membiarkan roket jatuh di tempat aman.

4. Kelemahan Iron Dome

IDF mengklaim Iron Dome memiliki tingkat keberhasilan 85-90 persen dalam mencegat rudal yang masuk. Sistem itu sangat diakui dan tingkat keberhasilannya selama satu dekade terakhir telah menarik perhatian internasional.

Rafael mengatakan bahwa pihaknya telah mengirimkan dua baterai Iron Dome ke Angkatan Darat AS, dan Ukraina juga telah mencari pasokan dalam perangnya dengan Rusia. Tetapi seperti sistem pertahanan udara lainnya, sistem itu memiliki kelemahan.

5. Jadi mudah dibobol

Iron Dome menjadi sorotan luas sejak Israel melancarkan agresi ke Palestina. Sejak saat itu, milisi di Lebanon Hizbullah dan milisi di Palestina Hamas menggempur negara pimpinan Benjamin Netanyahu sebagai bentuk dukungan ke warga Gaza

Pada Oktober 2024, militer Iran mengeklaim 90 persen rudal mengenai sasaran termasuk pangkalan udara dan situs strategis Israel lain.

Serangan baru Iran juga telah mencapai daerah tempat kantor pusat IDF dan Kementerian Pertahanan berada.

Rentetan serangan dengan volume tinggi itu diduga membuat Iron Dome kurang efektif terutama dengan semakin marak penggunaan drone, rudal jelajah, dan tembakan roket terkoordinasi.

***

Artikel ini sudah lebih dulu tayang di CNN Indonesia. Selengkapnya klik di sini.