Nilai tukar baht Thailand menguat cukup tajam hingga menyentuh level tertingginya dalam tujuh bulan terakhir. Penguatan nilai tukar mempengaruhi sektor pariwisata.
Di awal Mei lalu, baht menyentuh nilai 33,03 per USD. Situasi tersebut jadi pertanda baik karena mencerminkan kepercayaan investor asing yang meningkat.
Mengutip Pattaya Mail, Sabtu (10/5/2025) di sisi lainnya penguatan baht itu justru menambah beban bagi sektor pariwisata Thailand, yang kondisinya masih belum sepenuhnya pulih. Terutama di destinasi populer seperti Pattaya yang sangat bergantung pada wisatawan asing.
Baht sempat melemah karena harga emas dunia turun, namun tak lama kemudian baht kembali menguat, didorong oleh arus masuk dana asing ke pasar saham dan obligasi Thailand. Hal itu terjadi menjelang keputusan Bank of Thailand yang menurunkan suku bunga acuan sebesar 0,25% menjadi 1,75%, itu merupakan langkah yang diambil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Walaupun lembaga pemeringkat seperti Moody’s baru saja menurunkan prospek kredit Thailand dari stabil menjadi negatif, baht tetap saja kokoh. Hal itu banyak dipengaruhi oleh tren penguatan mata uang di kawasan Asia, terutama yuan China seiring munculnya harapan baru atas negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan China.
Kenaikan harga emas dunia pun ikut memperkuat baht. Pada akhir pekan itu, baht ditutup di angka 33,05 per dolar, menguat dari penutupan sebelumnya di 33,56. Antara 28 April hingga 2 Mei, investor asing tercatat membeli saham Thailand senilai 1,49 miliar baht. Tapi di sisi lain, mereka juga menarik dana sebesar 7,41 miliar baht dari pasar obligasi.
Menurut Kasikorn Research, dalam waktu dekat baht diperkirakan akan bergerak di kisaran 32,80 hingga 33,80 per USD. Arah pergerakannya akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor global seperti keputusan suku bunga Federal Reserve AS dan Bank of England, hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China, harga emas dunia, arus modal asing, serta data inflasi Thailand untuk April 2025.
Bagi pelaku usaha di Pattaya, kabar menguatnya baht bukanlah hal yang menggembirakan. Karena saat mata uang seperti euro, poundsterling, atau rubel melemah, wisatawan dari Eropa atau Rusia jadi merasa biaya liburan ke Thailand makin mahal.
Dan imbasnya banyak yang akhirnya mengurangi pengeluaran, memperpendek masa tinggal, atau bahkan membatalkan liburan mereka sama sekali.
Para pemilik bisnis lokal di Pattaya mengaku khawatir setelah bertahun-tahun berjuang memulihkan usaha mereka dari dampak pandemi, kini mereka harus menghadapi tantangan baru. Banyak yang mengeluhkan jumlah wisatawan dan pemesanan hotel masih jauh di bawah harapan padahal musim liburan sudah semakin dekat.
Meski pasar saham menunjukkan tanda-tanda positif dan ada harapan ketegangan dagang global akan mereda, kenyataannya kondisi ekonomi di lapangan, terutama di kota-kota yang hidup dari pariwisata, masih jauh dari kata stabil.
Tanpa dukungan tambahan dari pemerintah atau perubahan arah nilai tukar, pemulihan ekonomi di Pattaya bisa kembali tersendat. Dan itu bisa berdampak langsung pada mata pencaharian banyak orang yang menggantungkan hidup dari dunia pariwisata.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.