Bedug raksasa di Masjid Istiqlal dibuat dari kayu meranti berusia ratusan tahun yang berasal dari pedalaman hutan Kalimantan Timur. Kayu berukuran raksasa ini kemudian ditemukan kembali di kawasan Taman Mini Indonesia Indah sebelum akhirnya diolah menjadi bedug. Keberadaannya menjadi salah satu unsur paling ikonik di kompleks Istiqlal.
Pembuatan bedug ini merupakan permintaan khusus dari Ibu Tien Soeharto pada tahun 1972. Beliau menginginkan sebuah bedug besar sebagai simbol tradisi Islam Nusantara yang dapat melengkapi kemegahan Masjid Istiqlal.
Kue-kue tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengerjaan oleh para pengrajin terbaik. Bagian depan bedug dibuat dari kulit sapi jantan Madura yang dipertahankan utuh tanpa dipotong.
Kulit jantan dipilih karena kekuatan dan ketahanannya, sehingga cocok menjadi permukaan yang dikalahkan saat digunakan. Sementara itu, bagian belakang bedug menggunakan kulit sapi betina Bali, juga dalam keadaan utuh.
“Ada yang menarik dari bedug ini, sebenarnya bedug itu cuma ada di Indonesia di negara muslim lainnya nggak ada jadi ini seperti tradisi asli Indonesia saja,” kata Yulia, tour guide wisata kreatif Jakarta saat ditemui pekan lalu.
Penempatan kulit sapi jantan di depan dan sapi betina di belakang ternyata memiliki makna filosofis. Kulit jantan Ditempatkan pada sisi yang dipukul karena melambangkan pemimpin atau kepala keluarga yang bertugas memikul tanggung jawab.
Sebaliknya, kulit betina ditempatkan di bagian belakang sebagai simbol bahwa perempuan harus dihormati, disayangi, dan tidak disakiti.
“Itulah filosofi dari penempatan jenis kulit sapi yang ada di bedug ini, jantan kan sebagai pemimpin, kepala keluarga yang memiliki tanggung jawab jadi wajar kalau kulit sapi jantan yang ditaruh di depan untuk dipukul, sedangkan betina itu kan disayang, nggak boleh dikasari, jadi taruhnya di belakang,” tambah Yulia.
Bedug raksasa ini dibuat oleh para pengukir dan pengrajin kayu dari Jepara, sebuah daerah yang terkenal dengan tradisi ukirnya. Proses pembuatannya dilakukan dengan sangat teliti untuk memastikan kualitas dan ketahanan bedug, mengingat ukurannya yang besar dan fungsinya sebagai simbol keagungan masjid. Salah satu keunikan bedug ini adalah tampilan ukirannya.
Pada bagian tertentu, terdapat ukiran bernuansa Arab yang jika diperhatikan dengan seksama membentuk siluet tokoh Semar. Kehadiran Semar dalam seni ukir ini membawa pesan filosofis bahwa meski dipandang sederhana, ia merupakan sosok yang bijaksana dan dihormati.
Ukiran tersebut dibuat dari kayu jati pilihan, juga diproses di Jepara. Para pengrajin memadukan teknik ukir tradisional Jawa dengan unsur kaligrafi Arab sehingga menghasilkan karya yang penuh nilai budaya dan spiritual. Kombinasi ini menjadikan bedug Istiqlal sangat unik bila dibandingkan dengan bedug lain di Indonesia.
Keberadaan bedug dan kentongan sendiri merupakan tradisi khas Indonesia yang tidak ditemukan di negara-negara Islam lainnya, termasuk di Timur Tengah. Meskipun negara-negara tersebut merupakan pusat lahirnya tradisi Islam, bedug justru menjadi identitas lokal yang berkembang kuat di Nusantara.
Oleh karena itu, bedug raksasa yang dibuat pada tahun 1972 ini tidak hanya berfungsi sebagai alat pemanggil jamaah, melainkan juga simbol budaya Islam Indonesia yang terus dilestarikan. Bedug Istiqlal menjadi bukti bahwa elemen lokal dapat berpadu harmonis dengan arsitektur megah sebuah masjid nasional.
