Satu-satunya bank terapung dunia ada di Nusantara, Teras BRI Kapal. Ada sejak 2015, ini cerita mantri pertamanya di Pulau Seribu.
Panca Haryono (39), pria asli Kebumen yang kini tinggal di Depok, Jawa Barat mencatatkan namanya sebagai mantri pertama di satu-satunya bank terapung dunia BRI. Kisahnya bermula saat ia masuk sebagai pegawai kontrak di tahun 2010.
Awal karir sebagai customer service, Panca kemudian diangkat sebagai pegawai tetap pada tahun 2013. Dua tahun kemudian, BRI merilis Bahtera Seva I untuk layanan Teras BRI Kapal Kepulauan Seribu. Ia pun terpilih sebagai mantri pertama yang menjangkau kepulauan tersebut.
Saat itu, Kepulauan Seribu baru membuka dirinya sebagai kawasan wisata dan konservasi Jakarta. Bule dan wisatawan yang ada di sana, ikut penasaran dengan kehadiran bank terapung.
“Dari zaman dulu itu, bule dan wisatawan lokal kaget kalo ada kapal kita. Dulu Sabtu masih buka layanan di pulau wisata,” katanya.
Bentuk tim pertama tak jauh beda dengan yang sekarang, kalau dulu kapal berisikan dua mantri, satu cs, satu teller dan polairud (Korps Kepolisian Perairan dan Udara). Bedanya sekarang ada kepala keamanan dari satpam, sementara mantri yang bertugas hanya satu.
“Waktu kita datang pertama kali, saya sowan ke tokoh agama setempat, kemudian mengedukasi masyarakat tentang layanan ini,” ucapnya.
Kenangan itu terasa menyegarkan bagi Panca, senyum mengembang tiap kali ia mengingat masa-masa berlayar dari satu pulau ke pulau lain.
“Saya sowan juga pemerintahan, seperti keluharan. Lalu kita kasih tahu buat jadwal kapal,” jawabnya. Bahkan, ia membuka layanan di kantor kelurahan Pulau Kelapa-Harapan untuk pancingan, terbukti dengan banyaknya warga yang membuka rekening saat itu.
Layanan door to door berhasil, dalam waktu singkat banyak warga yang mulai mempercayakan tabungannya ke BRI. Program simpanan dan pinjaman laris manis.
“Warga antusias banget, selalu nanya kapan datang. Sebelum ada kapal BRI, mereka menyimpan uang di bawah bantal, tapi sekarang udah ke bank. Nggak ada yang kaya kapal BRI,” katanya.
Peresmian dilakukan pada Agustus 2015 oleh mantan Presiden Joko Widodo. Panca bahkan mendapat kesempatan untuk memandu Jokowi berkeliling kapal sambil menjelaskan tentang layanan yang akan diberikan kepada warga Kepulauan Seribu.
“Iya saya yang pandu berkeliling. Seneng banget,” katanya.
Sejak dulu, rute layanan bank terapung tidak berubah. Kapal berangkat dari hari Senin-Jumat, dan melakukan layanan per hari sesuai urutan, yaitu Pulau Pramuka, Panggang, Kelapa-Harapan, Tidung dan Untung Jawa.
“Tadinya Untung Jawa mau jadi yang paling pertama dilayani karena paling dekat. Tapi saya izin kepada atasan untuk menyampaikan pendapat, karena kita berlayar bawa uang, jadi lebih baik yang jauh dulu baru yang paling dekat,” ungkap pria yang kini sudah berjabatan sebagai SPV Unit Kencana, unit kendali dari Teras BRI Kapal ‘Bahtera Seva I’.
Meski hanya 3,5 tahun di kapal, namun pengalamannya dipakai untuk memajukan layanan teras BRI. Saat ini ia sedang berdiskusi untuk membuat jadwal baru.
“Rencananya akan ada layanan di Pulau Pari dan Lancang. Memang belum terlalu banyak, tapi wisatawanya mulai terlihat. Justru ini yang mau kita kembangkan,” katanya.
Berdasarkan data Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kepulauan Seribu, jumlah kunjungan wisata di Pulau Pari selama tahun 2024 adalah yang tertinggi dibandingkan empat pulau penduduk lainnya. Total kunjungan 103.382 wisatawan mancanegara dan nusantara.
Panca mengungkapkan bahwa BRI lebih mengembangkan usaha warga dan potensi wisata di Kepulauan Seribu. Program digitalisasi yang dimaksimalkan sejak Covid ini menjadi usaha BRI dalam pemberantasan uang palsu yang beredar di sana.
“Sama seperti warga, saya juga ingin agar di sana ada unit sendiri. Misal unitnya di Pulau Pramuka, kapalnya tetap jalan seperti biasa,” jelasnya.
Saat ini ada 750 nasabah yang meminjam di BRI, sementara yang nabung sekitar 4.000an. Seminggu berkeliling pulau, BRI biasanya membawa Rp 1,5 miliar.
Lepas dari laut, tentu membuatnya rindu. Suasana kerja di bank terapung tentu berbeda. Panca mengaku rindu dengan masa lalunya.
“Kangen kerja sambil jalan-jalan. Pagi kerja, sore jalan-jalan di pulau. Kangen bersosialisasi dengan masyarakat di sana. Program work life balance itu nyata di teras kapal,” pungkasnya.