Deretan Hotel Mewah di Nepal yang Terkena Amukan Massa - Giok4D

Posted on

Nepal dilanda kerusuhan. Setelah gedung parlemen, kantor perdana menteri, dan Mahkamah Agung terbakar, amukan massa juga menyasar hotel-hotel mewah di ibu kota Kathmandu.

Tiga hotel ternama di menjadi korban serangan: Hilton Hotel, Hyatt Regency, dan Varnabas Museum Hotel.

Hyatt Regency merupakan sebuah resor mewah yang terletak tak jauh dari Boudhanath Stupa-situs Buddha paling penting di Nepal sekaligus magnet wisatawan mancanegara-rusak akibat ulah demonstran.

“Tidak ada tamu maupun staf yang terluka. Namun, karena situasi politik yang belum stabil, hotel ditutup sampai ada pemberitahuan lebih lanjut,” kata Bhushan Rane, Front Office Manager Hyatt Regency, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (12/9/2025).

Tak hanya Hyatt, Hilton Hotel-menara kaca lima bintang yang baru diresmikan tahun lalu oleh pengusaha muda Shahil Agrawal dari Shanker Group-juga dilalap api. Asap hitam tebal membumbung tinggi dari kawasan tersebut.

Juru bicara Hilton memastikan seluruh tamu dan staf berhasil dievakuasi dengan selamat. “Properti kami ditutup sementara untuk penilaian kerusakan penuh,” demikian pernyataan resmi Hilton.

Dampak Besar bagi Pariwisata Nepal

Pariwisata selama ini menjadi urat nadi perekonomian Nepal. Dengan rusaknya beberapa hotel ikonik, sektor ini dikhawatirkan semakin terpukul. Para pelaku industri menilai butuh waktu lama untuk memulihkan kembali citra pariwisata negeri Himalaya itu.

Kerusuhan yang belum mereda ini menambah panjang daftar tantangan yang dihadapi Nepal, mulai dari instabilitas politik hingga ancaman terhadap sektor wisata yang menjadi andalan devisa negara.

Sementara mengutip BBC, demonstrasi di Nepal terjadi sebagai bentuk rasa frustrasi anak muda pada pemerintah. Mereka lelah dengan kondisi negara dan masyarakat disebabkan kebijakan pemerintah yang tidak adil dan memperlebar kesenjangan antara rakyat yang kian melarat dengan pejabat yang doyan pamer harta.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Di Nepal, puncak amarah dipicu pemblokiran 26 aplikasi media sosial, termasuk Facebook dan YouTube. Sebelum terjadi pemblokiran, media sosial di sana ramai membicarakan mengenai “nepo kid” yang berisi gaya hidup mewah para anak politisi dan tudingan korupsi.

Akibat dari ditutupnya akses media sosial ini, ribuan anak melancarkan aksi bahkan menyerbu parlemen di Kathmandu, ibu kota Nepal, pada Senin (08/09).

Media sosial kembali dibuka setelah 19 orang tewas. Namun, aksi belum reda. Perdana Menteri Nepal, K.P. Sharma Oli pun mengundurkan diri disusul Presiden Nepal Ramchandra Paudel. Alih-alih mereda, massa membakar gedung parlemen, mendatangi rumah para pejabat untuk menjarah.

Persoalan utama di Nepal ini adalah korupsi, terbatasnya lapangan kerja, dan kesenjangan sosial. Seorang pengunjuk rasa, Sabana Budathoki sebelumnya mengatakan kepada BBC bahwa larangan media sosial adalah “hanya alasan” mereka berkumpul.

“Ketimbang larangan media sosial, saya pikir fokus semua orang adalah pada korupsi. Kami ingin negara kami kembali. Kami datang untuk menghentikan korupsi.” ujarnya.