Gunung Etna Erupsi, Semburkan Ribuan Ton Gas Sulfur Dioksida Berbahaya ke Udara baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Gunung Etna yang merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Eropa, kembali meletus dengan kekuatan besar belum lama ini. Letusannya punya dampak serius bagi kesehatan.

Menurut para ahli dari lembaga pemantauan gunung berapi Italia, letusan tersebut tak hanya mengirimkan kolom abu tinggi ke langit, tapi juga melepaskan puluhan ribu ton gas sulfur dioksida.

Dilansir Daily Mail, Rabu (4/6/2025) gas sulfur dioksida itu bisa sangat berbahaya, dalam kadar tinggi jika terhirup hanya dalam hitungan menit, bisa menyebabkan rasa terbakar di hidung dan tenggorokan, sesak napas, bahkan kematian.

Ahli geofisika dari Institut Nasional Geofisika dan Vulkanologi Italia (INGV), Salvatore Giammanco, menjelaskan bahwa dalam kondisi normal, Etna melepaskan sekitar 2.000 hingga 3.000 ton sulfur dioksida per hari.

“Tapi saat menjelang letusan, angka itu bisa melonjak jadi 20.000 ton,” ujarnya.

Dan menurut Direktur Observatorium Etna INGV, Stefano Branca, letusan Gunung Etna kali ini merupakan letusan yang paling kuat sejak Februari tahun 2021.

“Sejak saat itu belum pernah ada aktivitas sebesar ini,” kata Stefano.

Letusan dipicu oleh runtuhnya sebagian kawah tenggara Etna yang memicu aliran piroklastik, campuran gas panas, abu, dan batuan yang meluncur dengan kecepatan tinggi menuruni lereng. Dampaknya bisa vatal, aliran tersebut bisa bergerak secepat 100 hingga 320 kilometer per jam dan siapa pun yang berada di dekatnya nyaris tak punya waktu untuk menyelamatkan diri.

Kejadian serupa juga pernah terjadi lebih dari seabad lalu, saat Gunung Pelee di Karibia meletus dan menghancurkan kota St. Pierre, menewaskan sekitar 30.000 orang.

Di Etna, sekitar 40 wisatawan sedang berada di area pendakian saat letusan terjadi. Untungnya, tidak ada korban luka. Salah satu dari mereka, Jamie Boone dari Washington DC yang membagikan kisahnya.

“Sejak pagi gunung itu memang aktif, tapi tak ada yang menyangka letusannya akan sedahsyat itu,” ungkap Jamie.

Dalam video yang ia unggah di media sosial, terlihat gumpalan asap pekat membumbung ke langit, sementara para pendaki, termasuk dirinya, berlari menuruni lereng menjauh dari batu-batu panas yang meluncur.

Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.

“Saat itu semuanya jadi menakutkan. Kami tidak tahu seberapa besar bahaya yang kami hadapi,” katanya.

Beruntung, ia dan wisatawan lainnya ditemani pemandu yang sigap mengambil keputusan.

“Pemandu kami langsung menyuruh kami lari menjauh. Kami bersyukur ada orang berpengalaman yang tahu apa yang harus dilakukan, karena beberapa orang justru sempat menuju ke arah letusan,” ia menambahkan.

“Kami saat itu berada di tengah gunung. Saya bahkan tak bisa membayangkan bagaimana rasanya kalau kami ada di puncak, dekat kawah. Kata pemandu, kalau bagian kawah runtuh ke arah luar, bukan ke dalam, kami mungkin tidak akan selamat,” lanjutnya.

Meski begitu, beberapa wisatawan tetap tenang dan bahkan sempat mengambil foto saat asap membumbung.

Perusahaan tur Go Etna, yang mengatur perjalanan wisata ke gunung tersebut, menyatakan bahwa kegiatan tur sudah kembali berjalan. Namun, pemandu hanya diperbolehkan membawa wisatawan sampai ketinggian 2.900 meter, dan tidak sampai ke puncak.