Menjelang libur Natal dan tahun baru, serikat pekerja Museum Louvre mogok kerja. Mereka tak tahan lagi, keluhan mereka tidak didengar sejak dulu.
Dilansir dari Guardian, Senin (15/12/2025) belum usai dengan masalah pencurian pada Oktober lalu, pekerja Museum Louvre melakukan mogok kerja untuk menuntut renovasi dan peningkatan staf. Staf juga memprotes kenaikan harga tiket bagi sebagian besar pengunjung non-Uni Eropa, termasuk turis Inggris dan Amerika.
Sebagai museum yang paling banyak dikunjungi di dunia, tentu traveler mengira manajemen, perawat dan keamanan Museum Louvre pastilah bagus. Namun, faktanya keamanan museum sangat jelek.
Buktinya pada 19 Oktober, museum itu dibobol dalam hitungan menit oleh sekelompok perampok kelas teri. Hingga kini, perhiasan yang dicuri belum juga ditemukan.
Bangunan museum juga banyak mengalami kebocoran. Pada bulan November, kebocoran air merusak 300 hingga 400 jurnal, buku, dan dokumen di departemen Mesir. Galeri yang berisi sembilan ruangan yang memuat keramik Yunani kuno kemudian ditutup karena kekhawatiran tentang keselamatan langit-langit.
Serikat pekerja di Louvre mengatakan perampokan perhiasan telah menyoroti kesulitan selama bertahun-tahun, pengurangan staf, dan kurangnya investasi negara di museum.
Selain itu, serikat pekerja tidak senang dengan tindakan diskriminatif Louvre menaikkan harga tiket sebesar 45% untuk pengunjung dari luar wilayah Eropa dengan alasan untuk meningkatkan pendapatan guna mendanai perbaikan struktural.
“Kami melihat ini sebagai diskriminasi yang tidak dapat diterima. Lebih buruk lagi, para pengunjung ini harus membayar lebih untuk melihat museum yang bobrok, di mana mereka tidak dapat mengakses seluruh koleksi karena kami kekurangan staf secara kronis dan ruangan-ruangan sering ditutup,” kata Christian Galani, seorang pejabat serikat pekerja CGT yang mewakili pekerja Louvre.
Pekerja di bagian keamanan juga mengungkapkan, bertahun-tahun keluhan mereka tidak ditanggapi museum. Bagian keamanan museum yang buruk tak kunjung juga direnovasi.
“Kami sangat frustrasi. Ini satu-satunya cara yang tersisa untuk membuat suara kami didengar. Masalah telah menumpuk selama bertahun-tahun dan perampokan telah mengungkap semuanya. Ada pengabaian terhadap renovasi bangunan dan langkah-langkah keamanan untuk melindungi koleksi,” kata Christian Galani, yang bekerja di ruang kontrol keamanan museum.
Staf resepsionis dan keamanan mengeluh bahwa mereka kekurangan staf dan dituntut untuk mengelola arus pengunjung yang sangat besar. Rumah bagi lukisan Mona Lisa karya Leonardo da Vinci ini setiap tahunnya menerima jutaan pengunjung dan ini melebihi kapasitas yang direncanakan.
Dikutip dari France24, belum jelas apakah aksi mogok pada tanggal 16 Oktober ini akan menutup operasional museum.
“Saya tidak dapat menjamin bahwa institusi tersebut akan ditutup. Jika mereka membuka museum, itu hanya akan menjadi pembukaan sebagian, dengan rute yang sangat, sangat terbatas, hanya untuk mengatakan ‘kami buka’,” kata Galani.
Ia mengatakan bahwa aksi mogok kerja ini, tepat ketika Paris bersiap untuk liburan Natal dan Tahun Baru. Dan aksi ini mendapat dukungan luas dari 2.200 karyawan museum.
“Kita akan memiliki lebih banyak peserta mogok kerja daripada biasanya,” ujar Galani.
“Biasanya, itu adalah staf bagian depan dan keamanan. Kali ini ada ilmuwan, dokumentaris, manajer koleksi, bahkan kurator dan kolega di bengkel, yang memberi tahu kami bahwa mereka berencana untuk melakukan mogok kerja,” dia menambahkan.
