Pacu Jalur Viral Jadi Berdebatan Milik Siapa, Wamenpar: Warisan Budaya RI

Posted on

Pacu Jalur menjadi viral dan menjadi perdebatan warganet siapa pemiliknya. Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa memastikan Pacu Jalur adalah tradisi Indonesia.

Faktanya, setiap bulan Agustus, Sungai Kuantan di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, berubah menjadi panggung bagi salah satu festival budaya tertua dan paling meriah di Indonesia: Festival Pacu Jalur. Lebih dari sekadar lomba perahu, Pacu Jalur adalah simbol identitas, kebersamaan, dan warisan budaya yang hidup di tengah masyarakat Riau.

“Sejak 2015, Pacu Jalur telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage/ICH) Nasional oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui SK Nomor 186/M/2015,” kata Ni Luh dalam wawancara tertulis dengan detiktravel, Jumat (11/7/2025).

Festival Pacu Jalur memiliki akar sejarah yang panjang dan kuat. Konon, sejak abad ke-17, masyarakat Kuantan Singingi menggunakan perahu kayu besar sebagai alat transportasi untuk mengangkut hasil bumi dan kebutuhan sehari-hari melalui aliran Sungai Kuantan.

Lama kelamaan, kegiatan sederhana ini berkembang menjadi tradisi berlomba-bukan sekadar adu cepat, tapi juga adu semangat, kekompakan, dan kehormatan antar kampung.

“Di masa lalu, lomba ini biasa digelar untuk memeriahkan hari-hari besar Islam, seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan Tahun Baru Islam. Setelah Indonesia merdeka, makna Pacu Jalur semakin melekat dengan semangat kebangsaan. Lomba perahu ini kemudian rutin digelar setiap bulan Agustus untuk merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Puncaknya berlangsung setiap 20-25 Agustus, bertepatan dengan semarak HUT RI,” dia menambahkan.

Pacu Jalur bukan hanya jadi ajang olahraga tradisional, tetapi juga pesta rakyat yang dinanti seluruh warga dan menarik minat wisatawan lokal hingga mancanegara.

Lebih dari Sekadar Lomba

Perahu-perahu jalur yang berukuran panjang hingga 25 meter dihias megah dengan ornamen warna-warni dan lambang-lambang kebesaran kampung. Masing-masing perahu diawaki oleh puluhan pendayung yang melaju seirama mengikuti irama genderang.

Teriakan semangat, tepuk tangan, dan sorak sorai penonton di pinggir sungai menjadi energi tersendiri yang menghidupkan suasana.

Penetapan Pacu Jalur sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia bukan sekadar formalitas. Hal ini menjadi bentuk pengakuan atas pentingnya menjaga dan melestarikan tradisi yang sarat nilai sejarah, budaya, dan sosial.

Pemerintah pusat maupun daerah terus berupaya mendorong agar festival ini tetap lestari, bahkan kini dipromosikan lebih luas melalui berbagai platform digital dan pariwisata.

Pacu Jalur adalah cerminan semangat masyarakat Kuantan Singingi, semangat kebersamaan, ketangguhan, dan cinta tanah air. Sebuah festival yang tak hanya memeriahkan peringatan kemerdekaan, tapi juga memperkuat rasa memiliki terhadap warisan budaya leluhur.

Selama Sungai Kuantan terus mengalir, tradisi Pacu Jalur akan terus hidup, menginspirasi generasi demi generasi.