Perhatian! Traveler Turing ke Gunung Bromo Jangan Pilih Motor Matic baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Kepala Desa Ngadisari melarang sepeda motor matic ke Gunung Bromo untuk mencegah kecelakaan. Medan curam dinilai berbahaya bagi pengendara matic.

Dia berkaca kepada kecelakaan-kecelakaan sebelumnya di kawasan itu. Korban bukan hanya pengendara motor, namun warga desa. Bahkan, sampai kecelakaan motor matic itu telah menelan korban jiwa.

“Ini bentuk imbauan sekaligus upaya kami untuk mengarahkan para pengunjung agar tidak menggunakan motor matic naik ke Bromo. Kami melihat banyak kejadian dan situasinya cukup tinggi tingkat kecelakaannya,” ujar Sunaryono saat dihubungi melalui ponselnya pada Sabtu (5/7/2025) dilansir detikjatim.

Sunaryono menilai medan di kawasan Bromo yang curam dan berliku sangat tidak cocok untuk kendaraan jenis motor matic. Para pengendara motor matic sering kali salah perhitungan pada jalur turunan tajam dan berkelok.

b

Salah satu titik rawan yang disebutkan adalah di wilayah ‘Tengking’ atau turunan curam Lemah Kuning. Di lokasi tersebut, banyak pengendara matic yang mengalami gagal rem pada turunan tajam.

“Biasanya dari atas pengendara sudah menekan rem kuat-kuat, tapi setelah turunan ada dataran sedikit. Mereka kira aman, padahal setelah itu langsung turunan curam lagi. Di situ rem biasanya sering blong,” kata Sunaryono.

Sering kali, kendaraan yang mengalami rem blong justru berhenti mendadak di area permukiman warga, sehingga membahayakan masyarakat setempat. Dia menegaskan bahwa kondisi ini sudah terlalu sering terjadi, namun belum ada langkah serius dari pihak-pihak terkait.

“Polisi memang tidak bisa melarang secara hukum, tapi kami himbau keras. Kami juga sudah usulkan agar ada pemeriksaan kendaraan seperti kampas rem dan kondisi ban di beberapa pos pemeriksaan. Tapi sejauh ini belum maksimal, karena dua instansi yang mengelola tiket wisata dan asuransi seperti tutup mata,” kata dia.

Sunaryono juga menyoroti kurangnya pembagian tanggung jawab dari hasil penjualan tiket wisata. Menurutnya, tidak ada satu persen pun dana yang dialokasikan untuk mendukung keselamatan warga lokal.

“Seharusnya ada alokasi untuk keamanan. Kalau ada, bisa saya arahkan warga untuk bantu pengamanan. Tapi ini tidak ada sama sekali,” kata dia.

Sementara itu, upaya penghalauan kendaraan matic sudah mulai dilakukan dari pintu masuk Probolinggo, terutama saat perayaan Yadnya Kasada beberapa waktu lalu. Saat itu, menurut Sunaryono, tidak terjadi kecelakaan sama sekali karena pengawasan dan penghalauan yang ketat dilakukan selama tiga hari penuh.

“Kami ingin lanjutkan ini sebagai upaya awal. Tapi ini belum solusi terbaik. Kami juga berharap mobil tangki pemadam dan alat pemotong selalu siaga di titik rawan,” kata dia.

Namun tantangan masih ada. Jalur masuk dari Pasuruan, Lumajang, dan Malang belum terkoordinasi dengan baik. Sunaryono berharap adanya koordinasi lintas daerah untuk bersama-sama menjaga keselamatan pengunjung di kawasan Bromo.

***

Artikel ini sudah lebih dulu tayang di detikjatim. Selengkapnya klik di sini.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.