Simbol Pernikahan Adat Jawa: Filosofi di Balik Janur Kuning, Kembar Mayang, dan Penjor

Posted on

Saat traveling, terkadang kita melihat pernikahan adat Jawa yang penuh dengan simbol. Mari mengenal simbol-simbol yang penuh dengan filosofi itu.

Pernikahan adat adalah sesuatu yang kerap kali terjadi khususnya di daerah yang memasang masih kental adat dan tradisinya. Bukan hanya Bali namun juga di Jawa seringkali kita temukan elemen janur yang dipakai buat simbol-simbol tradisi.

Pernikahan adat di beberapa daerah bukan sekadar ikatan dua individu, tetapi juga perjalanan spiritual yang penuh makna.

Prosesi adat yang menyertainya mencerminkan kesucian, keseimbangan, keberkahan, serta restu leluhur bagi pasangan yang memulai kehidupan baru, menghimpun dari beberapa sumber dan bertanya langsung pada para sesepuh.

Berikut adalah penjelasan dari beberapa elemen yang seringkali dipakai dalam pernikahan adat Jawa.

Beberapa simbol utama dalam pernikahan adat Jawa dan dipercaya memiliki beragam arti, meliputi janur kuning, kembar mayang, penjor, tuwuhan, serta pemilihan waktu yang dianggap baik berdasarkan penanggalan Jawa.

Janur Kuning: Gerbang Menuju Kehidupan Baru

Janur kuning melengkung biasanya dipasang di pintu masuk rumah atau tempat resepsi sebagai tanda bahwa keluarga tengah memiliki hajat besar. Maknanya ada banyak:

1. Simbol perjalanan baru: Bentuknya melambangkan transisi dari kehidupan lajang ke rumah tangga.

2. Kesucian dan keberkahan: Kata “Janur” berasal dari “Jannah” (surga) dan “Nur” (cahaya), membawa harapan akan kehidupan yang penuh berkah.

3. Restu leluhur dan perlindungan: Kehadirannya dalam pernikahan menandakan doa agar rumah tangga berjalan harmonis.

Selain pernikahan, janur kuning juga digunakan dalam “ruwatan dan selamatan”, sebagai simbol keselamatan dan harapan baik.

Kembar Mayang: Lambang Kesetaraan dan Keseimbangan

Kembar mayang adalah hiasan janur yang digunakan dalam pernikahan dua individu yang belum pernah menikah. Kembar mayang mengingatkan bahwa keselarasan adalah kunci rumah tangga yang harmonis. Kembang Mayang memiliki makna:

1. Kesetaraan dalam rumah tangga: Kembar mayang melambangkan keseimbangan antara suami dan istri.

2. Harapan akan keharmonisan: Bentuknya yang simetris mencerminkan perlunya keselarasan dalam menghadapi suka dan duka.

3. Nasihat leluhur dalam simbol: Setiap elemen membawa makna, seperti daun beringin (perlindungan), keris-kerisan (keberanian), dan pecut-pecutan (kerja keras dalam rumah tangga).

Penjor: Menghubungkan Keberkahan dengan Alam

Penjor yang menjulang tinggi sering ditempatkan di dekat tempat akad atau panggih, menghubungkan kehidupan manusia dengan alam dan Tuhan. Penjor bermakna:

1. Keberkahan dan kesejahteraan: Bentuknya yang tinggi mencerminkan hubungan manusia dengan kekuatan ilahi.

2. Rasa syukur: Digunakan dalam persembahan adat sebagai bentuk penghormatan kepada alam dan leluhur.

3. Keseimbangan hidup: Janur, padi, dan bunga dalam penjor menunjukkan harmoni antara manusia dan lingkungan.

Penjor mengajarkan bahwa pernikahan adalah bagian dari siklus kehidupan yang lebih besar, di mana keseimbangan harus terus dijaga.

Tuwuhan: Simbol Kesuburan dan Harapan

Tuwuhan adalah hiasan dari berbagai hasil bumi dalam ritual majang tarub, menandai kesiapan pasangan memasuki kehidupan berumah tangga. Saat pasangan melewati tuwuhan, mereka secara simbolis telah meninggalkan masa lajang dan memasuki fase baru dengan restu alam dan leluhur.

1. Pohon pisang raja: Kesuburan dan keberlanjutan.

2. Cengkir gading: Kedewasaan dan kesiapan berumah tangga.

3. Padi unggul: Kemakmuran dan keberlimpahan rezeki.

4. Tebu wulung: Kejujuran dan keteguhan dalam rumah tangga.

5. Daun beringin, kluwih, alang-alang, dan kemuning: Perlambang perlindungan, kecukupan, ketahanan, dan kesucian.

Musim Pernikahan dalam Penanggalan Jawa

Waktu pernikahan dalam budaya Jawa sering mengikuti penanggalan Jawa, dengan bulan-bulan yang dianggap baik:

1. Jumadil Akhir: Membawa kebahagiaan dan kelancaran rezeki.

2. Rejeb: Keselamatan dan kemudahan hidup berumah tangga.

3. Ruwah: Kedamaian dan keberkahan bagi pasangan.

4. Besar: Bulan terakhir yang diyakini membawa kesejahteraan jangka panjang.

Sebaliknya, bulan dalam penanggalan Jawa seperti Sura, Sapar, dan Pasa sering dihindari karena dianggap kurang baik untuk pernikahan.

Pernikahan sebagai Perjalanan Spiritual

Janur kuning, kembar mayang, penjor, dan tuwuhan bukan sekadar dekorasi dalam pernikahan adat Jawa, tetapi doa yang terjalin dalam setiap simbol.

1. Janur kuning: Pintu kehidupan baru yang penuh restu.

2. Kembar mayang: Keseimbangan, kesetaraan, dan nasihat leluhur.

3. Penjor Menghubungkan keberkahan dengan kehidupan manusia dan alam.

4. Tuwuhan: Kesuburan, keberkahan, dan harapan bagi pasangan.

5. Musim pernikahan dalam tradisi Jawa: Pemilihan waktu terbaik untuk mendapatkan keberkahan.

Pernikahan adat Jawa bukan sekadar perayaan, tetapi juga proses spiritual, memastikan pasangan meneguhkan perjalanan hidup yang penuh berkah dan keseimbangan.

Di balik setiap janur yang melengkung, setiap kembar mayang yang tersusun, penjor yang berdiri, dan tuwuhan yang dihias, baik di Jawa maupun di berbagai daerah yang juga menggunakan simbol-simbol tersimpan doa dan harapan bagi pasangan pengantin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *