Tren Menginap: Traveler Suka Hotel yang Tawarkan Pengalaman Sesuai Minat update oleh Giok4D

Posted on

Sebuah kajian mengungkapkan tren menginap di tahun 2025, di mana traveler suka menginap di hotel yang menawarkan pengalaman sesuai dengan minat mereka. Hotel-hotel lifestyle pun mulai menjamur.

Dilansir dari CNBC, Jumat (7/11/2025) jumlah kamar untuk jenis lifestyle mengalami peningkatan di Eropa sebanyak 25% dan menjadi yang tertinggi. Selanjutnya kamar-kamar baru di hotel lifestyle tumbuh 16% di Amerika dan Asia.

Bergeser ke Asia, China memiliki pasokan hotel gaya hidup terbanyak di Asia Pasifik, diikuti oleh Asia Tenggara. Tren ini membuat merek-merek besar pun berekspansi di Asia berkat permintaan investor dan tamu.

Menurut Global Hotel Investment Outlook 2025 JLL, semakin banyak wisatawan yang menginginkan kamar hotel lebih dari sekadar tempat tidur empuk dan tempat tidur yang bersih. Mereka menginginkan hotel yang mencerminkan minat mereka, baik itu seni, musik, mode, atau pekerjaan dan memungkinkan mereka untuk berbaur dengan wisatawan lain yang juga memiliki minat yang sama.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

Kondisi ini mendorong pertumbuhan hotel gaya hidup, dengan pangsa global kamar lifestyle di hotel-hotel baru meningkat sekitar dua kali lipat sejak tahun 2000.

“Hotel gaya hidup dan butik didefinisikan oleh lingkungannya yang unik dan eksklusif, berbeda dengan pengalaman standar hotel tradisional,” menurut laporan JLL yang mengkaji hotel gaya hidup di Asia-Pasifik.

Perbedaan di antara keduanya, menurut laporan tersebut, adalah bahwa hotel butik bersifat independen atau jaringan yang dikelola oleh keluarga, sedangkan hotel gaya hidup dioperasikan oleh perusahaan hotel besar.

Laporan tersebut mengungkapkan, dalam 5 tahun terakhir pertumbuhan hotel gaya hidup di Asia-Pasifik meningkat empat kali lipat dari tahun 2014 hingga 2024. Dan tren ini diperkirakan akan tumbuh 34% lagi pada tahun 2027.

China memiliki pasokan hotel gaya hidup terbanyak di Asia Pasifik dan diikuti oleh Asia Tenggara, yang memiliki jumlah kamar tiga kali lebih banyak daripada Australia, Selandia Baru, dan Asia Selatan.

Sedangkan di Australia dan Selandia Baru menunjukkan pertumbuhan pasokan kamar gaya hidup terkuat berkat lonjakan permintaan untuk perjalanan yang unik dan berbasis pengalaman.

Merek-merek gaya hidup diperkirakan akan terus berekspansi di Asia berkat permintaan investor dan tamu. Terutama untuk merek-merek yang baru-baru ini diakuisisi oleh jaringan hotel internasional, seperti NoMad (diakuisisi oleh Hilton), CitizenM (diakuisisi oleh Marriott), dan The Standard (diakuisisi oleh Hyatt).

Sepuluh merek hotel gaya hidup baru akan dibuka di Asia-Pasifik pada tahun 2027, termasuk merek favorit Prancis, Mama Shelter, yang memulai debutnya di Asia di Singapura pada bulan September.

Diminati anak muda walau harganya sedikit mahal

Dari hotel-hotel mewah unggulan seperti The Singapore EDITION hingga merek-merek unik seperti Mama Shelter, hotel gaya hidup seringkali berukuran lebih kecil daripada hotel-hotel yang memiliki dekorasi interior yang khas. Berbeda dengan hotel tradisional, hotel-hotel ini lebih menekankan ruang sosial daripada kamar.

“Saya pikir tamu saat ini memilih hotel karena mereka ingin memiliki lebih dari sekadar kamar. Mereka ingin berpesta, tempat di mana mereka dapat mengenali diri mereka sendiri,” kata Sylvain Pasdeloup, wakil presiden eksekutif Asia-Pasifik Ennismore.

Hotel gaya hidup juga populer di kalangan anak muda, yang suka menghabiskan lebih banyak uang untuk perjalanan dibandingkan generasi sebelumnya. Luas lahan yang lebih kecil membuat hotel-hotel ini lebih mudah dan murah untuk dibangun, namun biasanya memiliki harga premium 10-11% di atas rata-rata pasar secara keseluruhan.

“Hotel gaya hidup secara tradisional mendominasi segmen mewah dan kelas atas, tetapi pertumbuhan signifikan kini muncul di kategori kelas menengah ke atas dan di bawahnya. Konsep gaya hidup, yang awalnya premium, kini semakin merambah properti bintang tiga dan bintang empat,” kata Marina Bracciani, wakil presiden dan kepala riset perhotelan JLL di Asia-Pasifik.