Uji adalah pusat penghasil matcha premium di Jepang. Kota ini mengakui bahwa permintaan teh hijau khas Jepang itu mulai melampaui pasokan.
Kota Uji mencatat saat toko-toko matcha buka pukul 10.00 waktu setempat, wisatawan akan datang berebut membeli kaleng matcha. Kota ini hanya berjarak setengah jam dari Kyoto, dikutip dari BBC pada Minggu (15/6).
Jurnalis BBC datang ke sana untuk membuktikannya. Ia mendatangi Nakamura Tokichi Honten, yang dulunya menjadi pemasok teh untuk kaisar. Sekarang, toko ini menjadi pemasok matcha paling bergengsi di Jepang.
Sebelum jam 10 pagi, ia sudah berada di sana. Benar saja, sudah ada 35 orang yang antre di depannya. Usai ambil nomor antrean, ia berjalan-jalan melihat berbagai produk matcha yang berjajar rapi di dalam rak. Semua makanan yang dipajang memiliki warna hijau karena menggunakan matcha sebagai bahan utama.
Ia melihat seorang wanita membawa keranjang penuh kaleng hijau, kemudian keributan terjadi di sudut toko. Seorang pekerja toko Jepang yang bertubuh mungil mencoba mengisi kembali rak, tetapi dalam hitungan detik produk itu sudah habis disambar wisatawan.
Karyawan itu dikerumuni oleh tangan-tangan cepat yang berebut matcha, beberapa orang bahkan langsung meraih keranjangnya untuk mengambil tabung-tabung bubuk hijau itu.
Ia berteriak dalam bahasa Jepang, tetapi pesannya tidak sampai ke telinga orang asing di sekitarnya.
Seorang turis dengan aksen Amerika tampak kesal karena tak kebagian. Padahal waktu menunjukkan belum lewat dari 10.05 waktu setempat.
“Habis. Semua matcha habis,” ucapnya.
Tidak seperti banyak pemasok teh bergengsi lainnya di Uji, Nakamura Tokichi tidak memberlakukan batasan jumlah kaleng matcha yang dapat dibeli pengunjung. Tsujirihei Honten, merek bergengsi lain yang berdiri pada tahun 1860, mengiklankan sekitar 20 jenis matcha, tetapi hanya menawarkan tiga atau empat varietas. Bahkan dengan batas pembelian, sebagian besar toko di Uji, ibu kota matcha dunia, kehabisan stok.
Kaya akan antioksidan dan dengan peningkatan kafein yang lebih terkendali, matcha telah mengalami peningkatan permintaan yang meroket di seluruh dunia. Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang melaporkan bahwa 4.176 ton matcha diproduksi pada tahun 2023, meningkat tiga kali lipat sejak tahun 2010.
Industri pariwisata Jepang juga ikut berkembang pesat, pada tahun 2024 jumlah wisatawan yang datang mencapai hampir 37 juta orang, rekor tertinggi. Laporan pasar menunjukkan bahwa popularitas minuman ini sebagian besar disebabkan oleh manfaat kesehatannya. Minuman serta makanan penutup berwarna hijau grinch juga laku di media sosial.
Tomomi Hisaki, manajer umum di toko utama Tsujirihei, mengatakan bahwa pengunjung internasional memiliki kecenderungan khusus untuk matcha seremonial kelas atas dan sering membeli dalam jumlah besar. Matcha seremonial biasanya dibuat dari daun-daun terbaru musim ini dan dihargai karena rasanya yang kaya, hampir seperti umami, tanpa rasa pahit.
“Matcha Uji kelas atas bukanlah sesuatu yang dapat diproduksi secara massal,” katanya.
Daun teh yang ditujukan untuk matcha seremonial ditanam di tempat yang teduh, karena kegelapan menghasilkan rasa yang lebih kaya, lebih umami, dan sepat.
“Namun, jika Anda menutupinya, tanaman itu tidak akan dapat berfotosintesis, ia tidak akan tumbuh, dan panennya akan sedikit,” katanya.
Haki menjelaskan, kendala lain dalam produksi adalah penggilingan batu tradisional. Penggilingan ini menghasilkan bubuk yang sangat halus, tetapi setiap penggilingan hanya dapat menghasilkan sekitar 400g teh setelah delapan jam – cukup untuk 13 kaleng.
Produksi matcha dapat ditingkatkan dengan menanam lebih banyak kebun teh, tetapi butuh waktu bertahun-tahun agar investasi saat ini dapat mencapai rak-rak toko.
Masalah lain muncul karena tren matcha seremonial yang digunakan untuk latte dan smoothie. Ini membuat ketersediaan matcha dalam bentuk tradisional berkurang.
“Harapan kami adalah wisatawan asing akan mempertimbangkan tujuan penggunaan saat membeli matcha,” kata Simona Suzuki, presiden Global Japanese Tea Association.
Suzuki berharap para pelancong akan melirik teh lain seperti sencha yang berwarna cerah atau gyokuro yang bersahaja. Ada juga hojicha, sepupu matcha panggang yang lebih terasa seperti kacang dan cokelat daripada klorofil.