DKI Jakarta bakal melarang ondel-ondel menjadi perangkat mengamen di jalanan. Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno mengatakan saat ini peraturan daerah (Perda) larangan ondel-ondel untuk mengamen sedang disusun.
Dia mematok target Perda itu diterbitkan sebelum HUT Jakarta pada 22 Juni 2025.
“Sedang (disusun). Ini sebetulnya masuk ke dalam Perda yang sedang kita susun, Lembaga Adat Masyarakat Betawi. Nah, inilah yang sedang kita susun Perdanya karena itu komponen daripada artifisialnya, misalnya lenong, kemudian samrah, kemudian termasuk ondel-ondel,” kata Rano di usai CFD di Jalanan Soedirman, Jakarta Pusat, dikutip dari detiknews, Minggu (8/6/2025).
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Rano mengatakan sejumlah tokoh Betawi menyambut positif terkait itu. Dia bilang Pemprov ingin membuat regulasi untuk melestarikan ondel-ondel.
“Ya, mereka sambut baik. Itu kan statement itu keluar dari Pak Gubernur di saat Pak Gubernur hadir pada sarasehan tokoh-tokoh Betawi karena masyarakat Betawi juga mengharapkan itu,” ujar Rano.
“Nah inilah sebetulnya harus kita ambil alih, pemerintahan ambil alih untuk menempatkan kegiatan atau kesenian kepada tempat yang baik,” dia menambahkan.
“Sedang disusun, sedang disusun. Mudah-mudahan sih sebelum ulang tahun ya,” kata dia.
Ondel-ondel Jangan buat Ngamen, dong
Keinginan agar ondel-ondel tidak menjadi piranti mengamen pernah disampaikan Wawang Sunarya, seorang perajin topeng ondel-ondel. Dia keberatan melihat budaya ondel-ondel yang dinodai dengan praktik mengamen.
Dalam perbincangan degan detiktravel beberapa waktu lalu, Wawang mengatakan ondel-ondel memiliki nilai budaya dan sejarah yang tinggi sehingga tidak sepantasnya direndahkan dengan menjadi alat mencari uang di jalanan.
“Saya harap ondel-ondel jangan dipake buat ngamen ya, saya paling ngga suka tuh kalau liat di pinggir jalan ada ngamen pake ondel-ondel. Semoga bisa lebih bijak lagi dipakenya,” kata Wawang saat ditemui detiktravel.
Senada, Mohamad Ardiansyah, pelaku bisnis oleh-oleh Jakarta, juga kurang sepakat dengan ondel-ondel yang digunakan untuk mengamen. Tetapi, bisa jadi para pangamen ondel-ondel itu tidak tahu lagi cara untuk mencari nafkah selain mengamen dengan ondel-ondel karena minimnya lapangan pekerjaan di bidang seni budaya Betawi.
“Kalau dari saya pribadi ya kurang bagus ya, karena kita kan budaya ya harus kita junjung tinggi karena budaya kan historis kita kalau dipake buat ngamen kan kayanya kurang bagus,” kata Ardi.
Ardi mengatakan munculnya ondel-ondel di jalanan menjadi indikator budaya Betawi mulai luntur. Dia menilai masyarakat tidak memiliki pengetahuan dan filosofi tentang ondel-ondel dan budaya Betawi.
Dia yakin andai masyarakat mencintai budaya Betawi, pelaku kesenian ondel-ondel akan tetap mendapatkan pekerjaan tetap untuk mengisi acara-acara tersebut sehingga tidak lagi mengamen.
“Karena kita kurang cinta budaya kita sih kalau menurut saya ya. Kalau misal tiap Sabtu Minggu mereka ada panggilan sunat, nikahan, gak bakal mereka mau ngamen juga,” ujar Ardi.